Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Mata Air Hilang, Perum Perhutani Dituding Gagal

Kompas.com - 08/09/2015, 13:35 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Aktivis lingkungan menuding Perum Perhutani gagal mengelola hutan lindung di Jawa Timur. Indikasinya adalah dengan terus berkurangnya jumlah sumber mata air, khususnya di wilayah daerah aliran sungai.

Berdasarkan data yang dihimpun Aliansi Masyarakat Pelindung Hutan dan Pelestari Mata Air Jatim, jumlah mata air di wilayah hutan lindung terus menyusut di beberapa wilayah, seperti Jombang, Lumajang, Tulungagung, Trenggalek, Malang, Mojokerto, dan Blitar. 

"Empat tahun lalu, di kawasan hutan lindung Jatim termasuk daerah aliran sungai seluas 344.742 hektare, terdapat lebih dari 1.597 mata air, sekarang sekitar separuh dari jumlah itu sudah hilang," kata Prigi Arisandi, juru bicara Aliansi Masyarakat Pelindung Hutan dan Pelestari Mata Air Jatim, saat menggelar aksi di Perum Perhutani Unit II Jatim di Surabaya, Selasa (8/9/2015).

Saat ini, berdasarkan data Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Brantas, lahan kritis mencapai 231.290 hektare, luasan lahan kritis itu terancam terus meluas. "Jika lahan kritis terus meluas, akan rentan terjadi bencana banjir dan tanah longsor," kata dia.

Perhutani dituding lebih fokus kepada kegiatan produksi hutan yang tidak dapat diandalkan sebagai penyangga dan penyimpan air. Padahal, di wilayah hutan lindung, menurut dia, sangat strategis untuk dilindungi dan dipertahankan fungsi ekologisnya sebagai daerah tangkapan dan resapan air.

Puluhan orang yang membentangkan poster kritik mendesak Perhutani segera melakukan pemetaan dan perlindungan mata air di radius 200 meter dalam hutan lindung. Perlindungan dilakukan terhadap aktivitas alih fungsi hutan untuk perkebunan masyarakat. Mereka juga menggencarkan penyuluhan dan rehabilitasi hutan lindung, dan pembinaan terhadap aparat Perhutani yang kerap melakukan permainan kotor dalam penebangan pohon di hutan lindung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com