"Kami tahu politik itu kejam, namun kami akan terlibat dan memilih kepala daerah gubernur dan bupati yang mau memperjuangkan nasib petani dan memberikan sawah kami yang diklaim perusahaan," kata Martoyo (71), salah seorang petani setempat, Kamis (6/8/2015).
Martoyo banyak menceritakan kebiasaan para politikus sebelum terpilih menjadi anggota dewan, gubernur atau bupati sangat ramah dengan petani.
"Sebelum terpilih mereka datang pada petani, kalau kami berjalan bawa cangkul mobilnya lewat kami diantar ke sawah, baik sekali, tapi kalau sudah terpilih mereka lewat saat kami bawa cangkul di jalan malah ada yang mau nabrak tetap saja ngebut," kata rekan petani Martoyo yang lainnya.
Keinginan ratusan petani kawasan tersebut untuk tak "golput" memiliki dasar. Mereka akan memberikan pilihan pada kandidat yang mau memperjuangkan petani tersebut mengembalikan sawah mereka yang diklaim sebuah perusahaan perkebunan teh.
"Kami tidak akan tertarik dengan money politik, tapi siapa kandidat berani temani kami berjuang merebut sawah kami maka pasangan itulah yang kami pilih," ujar Martoyo lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.