Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pelarian Prajurit Majapahit di Gunung Kidul Jadi Upacara Adat

Kompas.com - 04/08/2015, 04:45 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com
- Indonesia merupakan daerah agraris yang dahulu sebagian besar masyarakatnya hidup dari hasil pertanian. Di balik kehidupan agraris ini, terdapat berbagai tradisi baik pada musim tanam maupun masa panen. Salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan dan bisa dikatakan unik adalah upacara Cing-cing Goling.

Tradisi yang secara turun-temurun di laksanakan oleh warga Desa Gedangrejo Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, ini sebagai bentuk ungkapan rasa syukur setelah masa panen.

"Upacara Cing-cing Goling ini sudah ada sejak jaman dulu. Ini bentuk ucapan syukur atas panen pertanian warga disini," Ucap pemangku adat Desa Gedangrejo Kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunungkidul, Sugiyanto Senin (03/08/015).

Dalam upacara Cing-cing Goling, setiap warga Desa Gedangrojo memasak Nasi Gurih. Selain itu, masyarakat juga memotong ratusan ayam yang dimasak menjadi Ingkung. Ditambah beberapa lauk lainya selain Tempe yang berbahan kedelai.

"Biasanya sampai 500-an ekor ayam yang dimasak menjadi Ingkung. Yang tidak boleh lauk tempe dari kedelai," ucap Sugiyanto.

Uniknya, setelah proses memasak selesai, Nasi Gurih serta Ingkung disajikan di sebuah tempat yang telah ditentukan dan juru masak dilarang mencicipi makanan tersebut. Jika semua larangan itu dilanggar, maka dipercaya akan terjadi sesuatu yang tidak baik.

"Yang masak syaratnya harus ikhlas dan tidak boleh mencicipi. Jika tidak ikhlas dan mencicipi maka akan terjadi sesuatu hal," tegasnya.

Setelah semuanya disajikan, lanjutnya pemangku adat desa akan memimpin doa ucapan syukur bersama warga masyarakat. Usai doa bersama, Ingkung bersama Nasi Gurih dan Ingkung, dibagikan ke pengunjung yang hadir dalam acara ritual Cing-cing Goling.

"Acaranya dilaksanakan di Bendungan Kali Dawe. Semua makanan itu, dibagikan untuk pengunjung," tandasnya.

Sejarah dari prajurit majapahit

Tradisi Cing-cing Goling, berawal ketika sekitar abad ke-15 beberapa prajurit kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Wisang Sanjaya dan Yudopati melarikan diri. Mereka melarikan dari Kerajaan Majapahit di Jawa Timur hingga tiba di sebuah tempat yang saat ini bernama Desa Gedangrejo Kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunungkidul.

Setibanya di tempat baru, orang-orang dari kerajaan Majapahit ini pun lantas membaur dengan warga setempat. Warga setempat saat itu menerima dengan tangan terbuka, karena prajurit pelarian dari Kerajaan Majapahit sangat ramah dan suka membantu.

Di kehidupan bermasyarakat, prajurit Majapahit ini berjasa dalam mengamankan desa dari para perampok yang sering menjarah hasil pertanian warga. Selain itu, prajurit pelarian dari Kerajaan Majapahit juga andil dalam memajukan Pertanian di Desa Gedangrejo (nama saat ini). Bahkan untuk mengairi pertanian, konon Wisang Sanjaya dan Yudopati mengunakan senjatanya berupa tongkat serta cemethi (Cambuk) mengores tanah dan berubah menjadi sungai.

Mereka lantas bersama warga setempat membuat bendungan yang diberi nama Bendungan Kali Dawe. Akhirnya, sebagai rasa syukur atas hasil panen pertanian dibuatlah upacara yang diberinama Cing-cing Goling artinya menarik kain jarik yang dikenakan ke atas dan berlarian.

Cing-cing Goling melambangkan prajurit dari kerajaan Majapahit beserta warga berlarian mengusir perampok. Saat berlari mereka menarik jarik yang dipakai ketas agar lebih leluasa. Peristiwa itu di gambarkan dalam bentuk tarian Cing-cing Goling di mana dalam satu adengan puluhan penari berlarian menginjak-injak pertanian.

"Dipercaya jika tanaman yang diinjak-injak tidak akan mati, namun justru panen berikutnya akan lebih subur," ujarnya.

Sugiyanto menambahkan, selain sebagai ucapan syukur atas hasil panen, acara tradisi Cing-cing Goling ini sampai saat ini terus dijalannkan sebagai upaya melestarikan budaya nenek moyang. Sehingga tradisi yang sudah ada sejak jaman dahulu ini tetap ada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com