Hal itu terlihat pada Makam Syuhada 44 di Desa Lheue Simpang, Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireuen, Aceh. Menurut warga tempatan, beberapa kali pihaknya melayangkan proposal kepada pemerintah daerah untuk perawatan makam, namun tidak direspons. Padahal, makam ini terbilang ramai dikunjungi wisatawan yang membutuhkan informasi dan dokumentasi soal kepahlawanan.
“Seandainya pemerintah mau merawat pasti ini bisa mendatangkan pendapatan dari kunjungan wisatawan lokal maupun luar Bireuen,” ungkap Kepala Desa Lheue Simpang T Dahlan, Rabu (29/7/2015).
Ia berharap, pemerintah segera merespons untuk memugar makam para pahlawan yang gugur dalam pertempuran melawan penjajah Jepang tahun 1945 silam itu. Mengingat, makam Syuhada 44 ini memiliki luas area mencapai 2.000 meter persegi.
Dahlan mengaku bukannya ia dan warga tak mampu merenovasi atau memperbaiki sedikit areal makam. Namun karena lokasinya yang luas, perbaikan makam membutuhkan biaya besar.
“Seharusnya perawatan makam ini bukan untuk memotong rumput saja, tapi sudah layaknya dipugar dengan baik serta ditambah fasilitas pendukung lainnya, karena mereka syahid dalam membela dan merebut kemerdekaan RI,” tandas Dahlan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.