Berdasarkan pengamatan, ribuan warga serta wisatawan telah memenuhi Alun-alun Utara Yogyakarta sejak pagi. Bahkan rute yang akan dilewati gunungan pun turut dipenuhi masyarakat.
Dengan dikawal ratusan Bregodo Keraton lengkap dengan seragam dan senjata prajurit kerajaan, tujuh gunungan meliputi tiga buah gunungan lanang, satu gunung putri, satu gunungan darat, satu gunungan gepak dan satu gunungan pawuha diusung oleh abdi dalem.
Ketujuh gunungan yang terbuat dari berbagai hasil bumi ini diarak menuju ke tiga tempat yakni Puro Pakualaman, Kepatihan dan Masjid Gede Keraton. Sesampainya di tiga tempat itu, Gunungan lantas diserah terimakan dan didoakan. Setelah didoakan, ketujuh gunungan lantas diperebutkan oleh ribuan warga yang sudah menunggu.
Juminah (62), warga Bantul, mengaku setiap tahun selalu datang menonton acara ini di Alun-alun Utara. Saat masih muda, dia mengaku tak pernah ketinggalan berdesak-desakan untuk mendapatkan hasil bumi yang ada di gunungan.
"Sekarang ambil yang jatuh-jatuh itu saja, saya sudah tua. Dulu ya ikut rebutan," ucapnya.
Menurut dia, jika bisa mendapatkan salah satu dari komponen gunungan, seseorang yakin akan memeroleh berkat yang melimpah. Jika ditanam di sawah, padi akan semakin subur dan terhindar dari hama.
"Dulu Bapak saya kan petani, ya ditanam di sawah biar subur. Kalau saya jualan di pasar, ya di simpan di bawah tenggok, biar laris. Tapi kan tetap mintanya sama Allah," ungkapnya.
Sementara itu, Diah (34), warga Jakarta, menilai tradisi Grebeg Keraton harus terus di lestarikan. Sebab, acara ini merupakan warisan nenek moyang.
"Saya mudik dari Jakarta. Kebetulan baru jalan-jalan di Malioboro sekalian lihat Grebeg ini, ini sama anak-anak jadi biar tahu tradisi asalnya," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.