Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Cari Anggota Keluarga, Posko Korban KM Titian Muhibah Dibuka

Kompas.com - 12/06/2015, 20:11 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani Julius

Penulis


BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Timur, polisi dan Badan SAR Nasional (Basarnas) membuka posko pengaduan orang hilang pasca tragedi tenggelamnya KMP Titian Muhibah di Selat Makassar. Posko didirikan lantaran ada dugaan penumpang yang jadi korban dari musibah tenggelamnya Titian Muhibah lebih dari yang telah dinyatakan selamat.

“Polresta Balikpapan dan Bontang, Basarnas, BPBD, juga Polda Sulbar akan membuka posko pengaduan orang hilang. Masyarakat yang merasa belum menemukan keluarganya bisa melaporkannya ke posko ini,” kata Direktur Polairud Polda Kaltim, Kombespol Yassin Kosasih, Jumat (12/6/2015).

Pusat pengaduan dinilai memang dinanti warga. Pasalnya, terdapat beberapa penumpang selamat di Balikpapan mengaku pasrah kehilangan keluarga dan kerabatnya. Basarnas, BPBD, dan kepolisian belum bisa mengungkap berapa orang yang tidak selamat.

Ima, 18 tahun, salah satu yang selamat menceritakan, kepanikan terjadi sesaat setelah kapal terbalik. Tak lama setelah kapal tenggelam, ia menyaksikan tiga kerabatnya hilang.

"Saya melihat tante dan sepupu mengambang (kondisi diperkirakan tewas) di laut," kata Ima.

Cerita yang sama juga diungkap seorang pria bernama Wiwin. Ia tak menemukan kabar tentang keberadaan istri beserta kedua anaknya yang masih balita.

“Anak saya yang satu delapan tahun dan satunya lagi empat tahun. Mereka bersama istri saya ke Mamuju, tapi kata mereka (yang selamat) tidak lagi ketemu sejak kapal tenggelam,” kata Wiwin.

Kesedihan juga diungkap penumpang lain bernama Kabul. Ia berangkat bersama istri dan tiga anaknya. Ketika kapal terbalik, Kabul hanya sanggup menyelamatkan seorang anaknya saja.

"Sempat berputar di lokasi tenggelamnya kapal, lihat ada korban terapung, bukan istri saya, jadi ditinggal saja,” katanya.

Tidak manusiawi

Nakhoda KM Titian Muhibah bernama Halim, 70 tahun, disebut tidak memiliki rasa kemanusiaan. Kapal kayu ini tenggelam di Selat Makassar pada Selasa (9/6/2015) lalu, merupakan kapal kayu dengan panjang 12 meter dan lebar empat meter.

Kapal sekecil itu sebenarnya pengangkut sembako antar pulau. Namun, kapal dimuati lebih dari 65 penumpang dan 10 motor dari Bontang ke Mamuju, Sulawesi Barat. Kapal diyakini terasa sesak dan kelebihan beban. Lagipula kapal sembako minim alat keselamatan untuk penumpang, tentu saja membuat penumpang harus berebut apapun untuk menyelamatkan diri saat keadaan darurat.

“Kapal sekecil itu dengan penumpang banyak dan barang, sangat tidak manusiawi. Seperti kapal yang mengangkut pengungsi Rohingya,” kata Yassin.

Titian Muhibah tenggelam di Selat Makassar dalam perjalanannya dari Bontang menuju Mamuju, Sulawesi Barat pada Selasa (9/6/2015). Penumpang menyelamatkan diri dengan cara berenang dengan peralatan seadanya selama dua hari dua malam.

Sejumlah 65 orang diselamatkan kapal perang Amerika Serikat, USS Rushmore, yang kebetulan lewat. Mereka kemudian dievakuasi ke Balikpapan. Lima orang lagi dinyatakan berhasil tiba pulau-pulau terpencil di Perairan Mamuju.

Polisi memastikan Titian Muhibah bukanlah kapal penumpang melainkan kapal barang, kapal ini mengambil penumpang bukan di dermaga pelabuhan penumpang, hingga kapal tidak disertai manifes penumpang maupun barang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com