Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kunci Sukses Pluralisme Agama di Kalipuru (5)

Kompas.com - 05/06/2015, 15:07 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Indahnya keragaman penganut agama yang hidup berdampingan menunjukkan bahwa Indonesia memang negara Pancasila. Apapun agamanya, kedamaian dan toleransi menjadi hal utama.

Potret keberagaman yang terbangun kampung kecil di Dukuh Kalipuru, Desa Kalirejo, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, bisa menjadi salah satu contohnya. Dukuh kecil yang dihuni 700 orang dari 250 keluarga ini kehidupannya lebih beragam dan toleran. Dukuh itu jadi fakta penting tentang keberagaman masyarakat.

Perbedaan agama dan keyakinan yang ada ternyata tidak sekalipun menjadi masalah yang berarti. Perbedaan yang ada dikelola dengan baik hingga memunculkan rasa saling menghormati.

Empat rumah ibadah pun berdiri saling berdekatan. Masjid at-Taqwa untuk umat Islam, kemudian Gereja Kristen Jawa (GKJ) Boja untuk warga Kristen, Musholla Suwuan untuk Islam dan Pura Sita Nirmala Jati untuk Hindu.

Selain yang beragama, para penghayat kepercayaan juga hidup berdampingan dengan mereka. Menurut tokoh Kristen, Supriyanto, salah satu kunci sukses hidup berdampingan adalah dengan saling memahami. Baik anak-anak maupun orang dewasa sudah sejak kecil diajarkan toleransi beragama, pluralisme, dan saling menghormati.

“Anak-anak di sini juga tidak pernah diajarkan mereka saling menghina satu agama dengan agama lain. Ketika sang anak sudah keluar dari SD melihat perbedaan yang ada di luar desa, mereka sudah tuntas duluan,” ujar Supriyanto.

Kepala Desa Kalirejo, Marsudi berpendapat yang sama. Agama dan kepercayaan yang diyakini masyarakat Kalipuru memberikan arahan bertindak yang baik. Keyakinan agama mampu jadi salah satu sarana untuk rem dan kontrol pada perbuatan yang tidak baik.

Marsudi menjelaskan, keluarganya juga memiliki pluralitas yang tinggi. Mereka tetap rukun, karena jalinan kerukunan dibangun sejak keluarga.

“Keluarga punya peran penting,” kata dia.

Kesepakatan

Untuk menjaga kerukunan, warga Kalipuru membuat sebuah kesepakatan, namun tidak tertulis. Kesepakatan dimaksud adalah penghormatan.

“Jika ada persoalan akan diselesaikan dengan jalan kedewasaan. Kami tidak menerbitkan peraturan desa, karena itu nanti bisa jadi kontroversi, biarlah berjalan sebagaimana adanya. Sudah ada kesepakatan secara adat,” tambahnya.

Tokoh agama Hindu Dukuh Kalipuru, Ponidjan (63) sependapat dengan dua tokoh desa tersebut. Baginya, ajaran agama Hindu yang dianutnya saat ini sangat cocok untuk dipraktikkan dalam toleransi kehidupan. Hidup selama puluhan tahun dengan warga desa juga membentuk perilaku hidup beragama, khususnya dalam menjaga kedamaian.

Salah satu kunci damai, menurut Ponidja, adalah ketika ada persoalan-persoalan, termasuk perkawinan antar-agama disikapi dengan bijak. Pemecahan masalah warga biasanya diselesaikan di tingkat tokoh agama dengan menimbang-nimbang posisi yang bermasalah.

“Harus ada salah satu pihak yang mengalah kalau ingin menikah dengan agama lain. Itu diselesaikan di tingkat tokoh dengan pertimbangan yang matang,” ujar kepala Urusan Keuangan Desa Kalirejo ini.

Para tokoh-tokoh agama inilah yang senantiasa menjaga kedamaian Kalipuru agar terhindar jauh dari konflik agama. Mungkin keberadaan mereka yang menjabat sebagai perwakilan pemerintah desa dalam menjaga perdamaian dan toleransi sesuai cita-cita Pancasila. (habis)

Baca juga
Bagi Warga Kalipuru, Agama Tak Boleh Didiskusikan... (4)
”Indonesia Kecil itu Ada di Kalipuru” (3)
”Harmoni Beragama Empat Rumah Ibadah yang Turun-Temurun” (2)
Indahnya Keberagaman di Kalipuru, 4 Rumah Ibadah Bersandingan (1)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com