Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sampai Tragedi Situ Gintung Terulang di Waduk Saguling

Kompas.com - 04/06/2015, 16:35 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Tragedi Situ Gintung pada bulan Maret tahun 2009 silam menjadi contoh betapa pentingnya pengawasan dan pemeliharaan sebuah bendungan atau waduk. Dua juta meter kubik air yang meluncur dari tanggul Situ Gintung yang jebol memakan korban tak kurang dari 100 orang.

Dua juta meter kubik air di Situ Gintung masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan volume air di PLTA Waduk Saguling yang mencapai 875 juta meter kubik. Sungguh mengerikan jika jumlah air di waduk ini meluncur bebas akibat rusaknya dinding bendungan. Hal tersebut bukan tidak mungkin terjadi.

Unit Pembangkit Waduk Saguling PT. Indonesia Power mencatat, akibat penyempitan luas bendungan membuat umur Waduk Saguling berkurang. "Dengan pengurangan luas volume waduk maka akan berakibat daya tampung Waduk Saguling berkurang," kata Haryanto, Manajer Sipil dan Lingkungan PT. Indonesia Power, saat ditemui di kantor UBP Saguling, Kamis (4/6/2015).

Haryanto menjelaskan, dengan kondisi penyempitan lahan seperti saat ini, usia Waduk Saguling sebagai penyedia 700 megawatt listrik untuk pulau Jawa dan Bali tidak akan lebih dari 30 tahun.

Lebih lanjut Haryanto menambahkan, pada tahun 2010 lalu, penyempitan luas lahan Waduk Saguling telah dilakukan oleh pengembang perumahan elit PT Belaputera Intiland (PT BI) sebagai pengelola kawasan perumahan elit, Kota Baru Parahyangan menggunakan sistem cut and fill.

Dengan membuat dinding penahan tanah yang mengambil luas penampang basah waduk Saguling sekira 8,1 hektar, permukaan air waduk semakin tinggi dan tekanan air ke dinding bendungan semakin kuat. "Kita khawatir air menjadi overtopping (melebihi puncak bendungan) yang membuat dinding puncak bendungan tergerus. Kalau air limpas ke tubuh bendungan, modelnya bisa seperti Situ Gintung," tutur Haryanto.

Ketika terjadi gagal bendungan, lanjut Haryanto, akan terjadi efek domino di mana 875 juta meter kubik air akan membebani dua waduk lainnya yakni waduk Cirata dan Jatiluhur yang sumber airnya berasal dari sisa pengolahan di Waduk Saguling. "Pada kondisi banjir, air lebih cepat melimpas dan membebani dua waduk di bawahnya yaitu Cirata dan Jatiluhur. Beban air ke dua bendungan itu akan lebih banyak," tutur dia.

Tidak hanya masalah kelistrikan saja, bencana nasional pun akan terjadi jika Waduk Saguling yang merupakan salah satu PLTA terbesar di Jawa Barat. Beberapa daerah seperti Purwakarta, Karawang hingga DKI akan ikut terkena banjir.

Sementara itu, Ahli Muda Pengelolaan Lahan dan Lingkungan PT Indonesia Power, Amin Alimin menambahkan, Bendungan Saguling sangat rentan jebol dengan jumlah air yang semakin tinggi. Sebab, material inti waduk yang beroperasi pada tahun 1985 ini hanya tanah merah.

"Waduk Saguling bukan dari beton tapi urugan tanah. Selebar rambut saja retak sudah gawat. Haram hukumnya air waduk overtopping, bisa terjadi gagal bendungan," tandas Ali.

Menyikapi masalah penyempitan lahan yang membuat air Waduk Saguling semakin tinggi, General Manager PT Indonesia Power, Hendres Wayen Prihantoro, meminta kepada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat untuk ikut campur tangan menjaga kelestarian Waduk Saguling yang menjadi objek vital nasional sesuai dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

"Perlu adanya jaminan dari Pemda Bandung Barat agar PT BI tidak melakukan pembangunan di bawah 50 meter dari elevasi tertinggi air Waduk Saguling di elevasi 645 dpl," imbuh Hendres.

PT Indonesia Power memberikan solusi agar kondisi tinggi air Waduk Saguling kembali normal. Salah satunya adalah dengan mengganti lahan basah yang terpakai untuk dinding penahan tanah dengan lahan baru di sekitar waduk.

"Apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan PT BI, Pemda Bandung Barat seharusnya menegur bahkan menjewer," tegas dia.

Menanggapi tuduhan dari PT Indonesia Power tentang penyempitan lahan Waduk Saguling, General Manager PT Belaputra Intiland, Ryan Brasali menjelaskan, dinding penahan tanah di Kota Baru Parahyangan dibuat untuk mencegah terjadinya erosi.

Menurut Ryan, pihaknya sudah melakukan negosiasi kepada pihak IP dalam perkara overlapping lahan Waduk Saguling sejak tahun 2011 lalu. "Pas bangun saya juga sudah konfirmasi dengan Indonesia Power. Untuk masalah overlapping, kita serahkan ke BPN. Sebetulnya, kita harus memperhatikan kepentingan rakyat, agar dapat membantu perekonomian. Kita siap buat kerja sama dalam segala hal," kata dia.

 
 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com