Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Jateng Upayakan Kuota Khusus Anak Buruh di Sekolah

Kompas.com - 01/05/2015, 13:07 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Peringatan Hari Buruh 2015 ini direfleksikan berbeda-beda di setiap daerah. Di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, para buruh meminta agar anak-anak mereka bisa mendapat pendidikan yang lebih baik.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ternyata menanggapi serius permintaan tersebut yang diajukan para buruh "ngopi" bersama buruh di kompleks Candi Borubudur, Magelang, Jumat (1/5/2015).

Tak hanya menanggapi, Ganjar bahkan telah melayangkan permintaan kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Anis Baswedan untuk memberikan kuota khusus bagi anak-anak para buruh.

"Saya sudah minta kuota kepada Mendiknas soal pendidikan anak buruh. Saya juga sudah minta agar pendidikan gratis untuk anak-anak buruh dari sembilan tahun menjadi 12 tahun," kata Ganjar.

Ganjar menambahkan, pemerintah Jawa Tengah sangat serius melakukan komunikasi dengan menteri pendidikan, agar keinginan tersebut dapat terpenuhi. Pemprov Jateng pun saat ini terus melakukan lobi ke pemerintah pusat.  "Saya baru lobi ini, saya minta kouta. Doakan moga-moga berhasil," kata Ganjar.

Selain persoalan pendidikan, politisi PDI Perjuangan itu juga akan menimbang pelaksanaan sistem outsourcing. Langkah pertama yang ditempuh dengan menggelar pertemuan dengan anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), perwakilan serikat buruh, para ahli dan pihak-pihak lainnya.

"Outsourcing nanti akan saya hitung dulu. Kami akan hitung beban perusahaan menggunakan outsourcing itu berapa, atau yang tidak berapa? Itu nanti konsep awalnya," papar Ganjar.

Ganjar menambahkan, setelah semua perhitungan itu selesai barulah nanti akan diputuskan soal nasib sistem tersebut. Dia berharap di masa depan dapat tercipta sistem di mana buruh bisa memiliki sebagian saham perusahaan.

Lebih jauh Ganjar mengatakan, dirinya terbuka dengan ide dan masukan dari para buruh. Dia berjanji akan mendengarkan dan mengkomunikasikan berbagai gagasan itu dengan berbagai pihak. "Jadi, tidak hanya mengecam saja. Menolak saja. Ada konsep dan gagasan yang diberikan pada kami," dia menegaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com