Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Terpidana Mati Asal Brasil Gugat Presiden Jokowi

Kompas.com - 28/04/2015, 16:33 WIB
Kontributor Ciamis, Irwan Nugraha

Penulis


CILACAP, KOMPAS.com — Keluarga salah satu terpidana mati kasus narkoba asal Brasil, Rodrigo Gularte, telah melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terkait penolakan grasi terhadap Rodrigo.

Keluarga beralasan, dengan pengajuan gugatan sama seperti yang dilakukan terpidana mati asal Perancis, Serge, pelaksanaan eksekusi mati Rodrigo bisa ditunda.

"Kami sudah melayangkan gugatan ke PTUN, dengan judul 'Ibunya Rodrigo melawan Presiden Jokowi'. Kami berharap pelaksanaan eksekusi mati Rodrigo bisa ditunda. Jadi kalau tetap eksekusi mati akan dilaksanakan malam nanti, berarti Jokowi sudah menyalahi aturan," ujar Riki Gunawan, salah satu aktivis Kontras sekaligus kuasa hukum Rodrigo, di Pelabuhan Wijaya Pura, Selasa (28/4/2015) siang.

Menurut Riki, selama ini Rodrigo dinyatakan sakit jiwa dan tidak berhak dihukum mati. Riki beralasan, kalau nantinya pelaksanaan eksekusi tetap dilaksanakan, ada langkah diskriminatif oleh Kejaksaan Agung terhadap kliennya.

Pasalnya, saat Serge melayangkan gugatan yang sama, jadwal eksekusi matinya bisa ditunda meski akhirnya pihak PTUN tak bisa menerima gugatan pihak Serge.

"Kalau misalkan tetap dilaksanakan, berarti ada langkah diskriminatif terhadap Rodrigo," kata Riki.

Sementara itu, Angelica, ibu Rodrigo, mengaku kecewa dengan keputusan bahwa anaknya tetap akan dihukum mati. Meski telah berusaha mengajukan PK, tetap ditolak oleh presiden saat itu.

Saat ditemui tadi, Angelica mengatakan, anaknya tak berbicara banyak. Namun, dia selalu memeluknya sembari menangis karena mengetahui bahwa anaknya akan segera dieksekusi mati.

"Meski sudah ramai begini, kami keluarga belum diberi tahu. Saya di sini sudah enam bulan dan tetap berusaha supaya Rodrigo tak dihukum mati," kata dia sembari berlinang air mata.

Sampai sekarang, sebagian keluarga terpidana mati ada yang telah keluar dari lapas tersebut. Meski demikian, sebagian dari mereka yang meninggalkan lapas mengaku akan kembali lagi pada petang nanti.

"Kami nanti kembali lagi, kami diberikan pilihan mau tinggal di sini atau keluar dulu. Yang keluar lapas, nanti petang hari harus kembali lagi ke lapas," kata salah seorang petugas pelabuhan di depan gerbang depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com