"Pada Konferda lalu terbukti, demokrasi tidak berlaku. Saat itu, dari 10 DPC (dewan pimpinan cabang), sembilan di antaranya memenangkan Ismail Saleh, dan satu DPC mendukung Elva Hartati. Namun, pengurus DPP (dewan pimpinan pusat), Idham Samawi, mengaku mendapatkan telepon dari Ibu Megawati jika Ibu Mega merestui Elva Hartati. Belakangan, telepon itu tidak benar. Kami merasa dibohongi," kata Mulyadi Wadis dalam orasinya, Kamis (2/4/2015).
Dia melanjutkan, terpilihnya Elva Hartati sangat bertentangan dengan anggaran dasar partai. Mulyadi Wadis dan beberapa kader dari Bengkulu pun kemudian mendatangi kantor DPP PDI-P di Lenteng Agung, Jakarta.
"Saat itu, sudah pukul 16.00 WIB, Ibu Megawati sudah bersiap menemui kami. Namun, kami diminta untuk menemui pengurus DPP Andreas Parera. Saat diskusi dengan Andreas Parera, masuklah Idham Samawi, terjadi keributan saat Idham Samawi memarahi kami. Saat itulah pengeroyokan terjadi," kata Mulyadi, yang juga merupakan mantan Ketua Kaderisasi DPD PDI-P Bengkulu.
Mulyadi menyebutkan bahwa puluhan orang suruhan Idham memukuli dirinya hingga terluka di pelipis, begitu juga dengan beberapa kader lain dari Bengkulu.
"Kami tak melakukan perlawanan karena kami menghormati kantor DPP PDI-P. Kasus ini telah kami laporkan ke Polres Jakarta Selatan dan Ibu Megawati," ujarnya.
Dia juga mengaku tetap setia pada PDI-P karena sejak tahun 1986 telah menjadi kader ideologis partai ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.