Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Film Ini Reka Ulang Serangan Umum 1 Maret dari Sudut Pandang Berbeda

Kompas.com - 27/02/2015, 21:49 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta merupakan satu episode penting dalam sejarah revolusi Indonesia. Serangan ini menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Republik Indonesia masih ada.

Telah banyak film yang diproduksi untuk mengabadikan peristiwa sejarah di kota Yogyakarta tahun 1949 itu. Pertama film berjudul "Enam Djam Di Djogdja" dengan sutradara Umar Ismail tahun 1951. Film kedua yang cukup terkenal di era 1980-an sampai 1990-an berjudul "Janur Kuning" yang disutradarai oleh Alam Rengga Surawidjaja. Tahun 1982, lalu muncul film berjudul "Serangan Fajar " yang disutradarai oleh Arifin C Noor.

Film-film yang muncul pada era itu lebih pada mengisahkan sisi peristiwa Serangan Umum 1 Maret. Bahkan, siapa yang menjadi pengagasnya pun masih ada banyak versi. Mulai dari Letkol Soeharto, Sri Sultan HB IX maupun Jenderal Soedirman.

Film " Sebelum Serangan Fadjar" yang diproduksi oleh Anggit Citra Film bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan DIY dan disutradarai oleh Trianto Habsoro, tahun 2014 hadir dengan sudut pandang berbeda tentang serangan yang telah membuka mata dunia internasional itu.

"Film SSF (Sebelum Serangan Fadjar) ini melalui studi pustaka dan narasumber. Jadi ada riset sebelum pembuatanya," jelas Trianto Habsoro, saat ditemui Kompas.com, Jumat (27/02/2015).

Dalam Film berdurasi 30 menit ini dikisahkan tokoh Sri Sultan HB IX yang saat itu Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengagas sebuah serangan secara serentak dan terkoordinasi. Gagasan melakukan serangan dilandasi situasi tidak kondusif di Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota RI. Situasi itu diperparah propaganda Belanda di Dunia luar bahwa tentara Indonesia sudah tidak ada.

Untuk merealisasikan ide itu, Sri Sultan HB IX mengirimkan surat kepada Letnan Jenderal Soedirman untuk meminta izin diadakannya serangan. Setelah disetujui, Jenderal Soedirman meminta Sri Sultan HB X untuk berkoordinasi dengan Letkol Soeharto sebagai komandan Wehkreise III. Dialog antara Sri Sultan HB IX dengan Letkol Soeharto yang selama ini belum pernah diketahui publik, dalam film SFF direkonstruksi kembali dan dimunculkan secara detail dalam sebuah adegan.

"Kita tidak bisa memisahkan Letkol Soeharto dari peristiwa itu. Dia (Letkol Soeharto) juga berjasa, karena sebagai operator serangan," tegasnya.

Pertemuan rahasia

Gentong, panggilan akrab Trianto Habsoro, mengaku salah satu kesulitan dari pembuatan film SFF adalah menemukan dialog pembicaraan antara Sultan HB IX dengan Letkol Soeharto. Sebab, tidak ada bukti di buku sejarah yang membahas pembicaraan itu, terlebih pertemuan rahasia tersebut dilakukan hanya empat mata.

"Kesulitan kita, ya menemukan dialog pembicaraan itu. Kalau tempat shooting-nya memang di lokasi sebenarnya," katanya.

Menurut dia, proses shooting film "Sebelum Serangan Fadjar" dilakukan hanya enam hari. Jumlah pemain dan figuran yang terlibat sekitar 100 orang. Hanya proses dari riset, pembuatan naskah, dimulai dari Januari 2014 lalu.

"Shooting bulan September 2014. Percaya atau tidak, kita hanya menggunakan satu kamera dalam pembuatan film SFF," ucapnya.

Interpretasi ulang

Sementara itu, Yerry Wirawan, dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam diskusi Film "Sebelum Serangan Fadjar" mengatakan, SFF merupakan sebuah upaya menafsirkan ulang dengan memberikan sudut pandang berbeda dari film sebelumnya untuk sebuah peristiwa yang sama.

"Di film ini, HB IX berperan sebagai pencetus ide. Sudut pandang ini berbeda dengan film-film sebelumnya," jelasnya.

Pada masa kini, memang banyak film sejarah yang diproduksi, namun sayang sedikit yang mengkritisi narasi sebelumnya. Kemunculan "Sebelum serangan Fajar" telah mengisi kekosongan itu.

"Ke depan perlu mendorong banyaknya intepretasi ulang sejarah kita, tentu dengan berbasis riset. Penyajianya bisa variatif, tak hanya teks namun juga film," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com