Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Serangan ke Permukiman, Gajah Liar di Aceh Dipasangi "GPS Collar"

Kompas.com - 23/02/2015, 11:24 WIB
Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com — Tim Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mulai memasang kalung GPS (GPS collar) kepada perwakilan individu pada populasi gajah liar di wilayah Kabupaten Bener Meriah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi masuknya gajah liar ke permukiman warga.

Kepala BKSDA Aceh Genman Hasibuan mengatakan, salah satu tujuan pemasangan GPS collar ini ialah agar dapat memonitor pergerakan kelompok-kelompok gajah tersebut dan menjadi bagian dari sistem peringatan dini.

Di samping itu, data yang akan didapat nantinya akan mengonfirmasi homerange masing-masing populasi dan pola penggunaan bentang alam sehingga menjadi dasar bagi upaya pengelolaan habitat pada masa depan.

"Selama ini, konflik gajah manusia memang lumayan intensitasnya di kawasan ini dan tidak ada solusi tunggal untuk konflik satwa liar dan manusia. Yang paling utama tentu mengalokasikan habitat gajah dan melakukan perlindungannya. Kami telah menandatangani nota kesepakatan bersama dengan pemerintah daerah setempat untuk membangun skema pemantauan dan alur komunikasi sistem peringatan dini," kata Genman, Senin (23/2/2015).

Bukan GPS collar biasa

GPS collar yang dipasangkan ini merupakan kerja sama antara BKSDA dan Pusat Kajian Satwa Liar-Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Syiah Kuala. Pegiat Perlindungan Gajah, Wahdi Azmi, dari FKH Unsyiah, mengaku tengah berupaya menggandeng institusi Max Planck dari Jerman dalam mengembangkan aplikasi teknologi ini pada masa depan.

Menurut dia, teknologi GPS collar yang sekarang telah dipasang di dua individu gajah di Bener Meriah ini bukanlah GPS collar biasa. Collar ini telah dicangkok perangkat accelerator dengan definisi tinggi (high definition) yang tercanggih saat ini. Alat ini dapat memberikan informasi perilaku gajah secara lebih kompleks.

GPS collar pun biasa mentransfer data dan dapat diakses via internet setiap lima jam sekali. Namun, data yang tersimpan dalam high definition tag dengan accelerator apabila telah diunduh menggunakan perangkat khusus secara periodik, maka akan memberikan informasi jauh lebih detail.

"Akan ada ribuan titik posisi untuk setiap harinya. Kita juga akan tahu membedakan gerakan tiga sumbu (x, y, z) sedetail beda antara berbaring dan berdiri gajah," kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang ibu rumah tangga bernama Husna (38) di Desa Musarapakat, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, tewas akibat diserang gajah liar pada akhir Januari 2015 lalu sekitar pukul 21.00 WIB.

Saat itu, Husna bersama suami Fadli (52) dan seorang anaknya Mudawali (4) menginap di rumah yang berada di kebun sekitar 300 meter dari perkampungan. Tak diduga, rumah itu diserang gajah liar yang memakan tanaman di kebun mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com