Melalui pembinaan ini, Budi mengatakan pedagang diharapkan bisa memahami bahan apa saja yang diperjualbelikan sehingga bisa tahu apakah dagangannya berbahaya atau tidak untuk dikonsumsi.
"Dalam kasus ini, saya yakin pedagangnya tak mengetahui kalau makanan yang dijualnya mengandung racun dan berbahaya," kata Budi, Jumat (6/2/2015).
Sementara itu, meski kejadian ini menelan korban hingga 117 bocah SD, Budi mengatakan pemerintah tidak menetapkannya sebagai kejadian luar biasa (KLB). Namun demikian, lanjutnya, pemerintah akan menjamin seluruh biaya pengobatan siswa korban selama menjalani pengobatan di rumah sakit.
"Meski kejadian ini ratusan siswa SD menjadi korban keracunan. Tapi peristiwa ini tidak ditetapkan sebagai KLB," ujar Budi.
Budi menuturkan, keseluruhan korban tercatat sebanyak 117 siswa sekolah dasar. Jumlah ini termasuk enam orang yang masih dirawat di rumah sakit, 22 korban dirawat di Puskesmas dan sisanya sudah bisa dipulangkan.
"Korban tak bertambah lagi, sementara masih 117 orang," kata Budi.
Sampai sekarang, pihaknya bekerjasama dengan pihak kepolisian telah mendapatkan sampel makanan yang diduga dijual oleh salah seorang pedagang di kawasan sekolah tempat kejadian. Bahkan, sampel tersebut telah dibawa ke laboratorium BPOM Bandung, untuk diteliti apakah mengandung racun atau tidak.
"Sampel kita sudah dapatkan, dinas kesehatan dan kepolisian sudah membawanya untuk diteliti di BPOM Bandung," ungkap dia.
Sebelumnya, sebanyak 117 siswa sekolah dasar di Kelurahan Cigantang, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, keracunan masal makanan jajanan bersaus dari pedagang yang berjualan di sekolah setempat. Kasus ini tengah diselidiki pihak kepolisian setempat.
, Jumat (6/2/2015)