Uniknya, 2.015 orang tersebut masing-masing membawa kentongan. Kentongan adalah alat peringatan tradisional yang terbuat dari bambu dan biasanya dibunyikan oleh warga ketika ada tanda bahaya, seperti pembunuhan, kebakaran dan kemalingan.
“Ini (kentongan) adalah warisan nenek moyang kita, dan harus tetap kita pertahankan dan kita jaga,” ucap Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang turut hadir dalam acara tersebut.
Menurut Soerkarwo, pada zaman dahulu, ketika kentongan dipukul kemudian berbunyi, hanya menandakan tanda tiga bahaya. Namun saat ini, berkembang menjadi enam tanda bahaya, dan masing-masing memiliki ritme yang berbeda.
“Apik iki rek, apik iki rek (bagus ini, bagus ini) programnya,” katanya.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Inspektur Jenderal Anas Yusuf juga mengapresiasi program Polres Jember itu.
“Saya sudah perintahkan jajaran polres seluruh Jawa Timur untuk menduplikasi program ini, tergantung dengan kearifan lokal di masing- masing daerah,” katanya.
Kapolres Jember AKBP Sabilul Alif dalam sambutannya menjelaskan, acara tersebut merupakan program revitalisasi kentongan yang selama ini digunakan sebagai alat komunikasi warga saat terjadi bahaya di sekitarnya.
“Inilah potensi yang kita miliki untuk itu akan terus jaga, dan kita revitalisasi fungsi kentongan tersebut,” katanya.