Peminat baju bekas impor pun sudah merambah ke semua lapisan masyarakat. Baju bekas tak lagi identik dengan orang kere.
Kini, mahasiswa, pegawai negeri sipil (PNS), pegawai kantoran gandrung, hingga pehobi label tertentu memilih berburu baju bekas impor. Tak cuma laki-laki, kaum hawa pun kepincut berbelanja babebo impor.
Dalam tiga tahun terakhir ini, penjual babebo impor juga bertambah banyak di Malang Raya. Bak jamur di musim hujan, penjual babebo impor terus bermunculan di Malang Raya. Artinya, kebutuhan babebo impor di Malang Raya terus meningkat.
Demam babebo impor atau yang juga sering disebut awul-awul di Malang Raya bukan hanya faktor ekonomi masyarakat. Eits, jangan salah. Sekarang, baju bekas impor sudah menjadi gaya hidup di Malang Raya.
Orang membeli baju bekas bukan soal faktor ekonomi. Banyak pelanggan babebo impor justru dari kalangan ekonomi berada. Mereka membelinya karena memburu merek terkenal.
Tak jarang, banyak orang sengaja mengoleksi babebo impor merek-merek ternama maupun model baju unik dan langka semata-mata untuk memenuhi kepuasan diri.
Seperti yang dilakukan Tri Sutrisno (30), warga Kelurahan Rampal Celaket, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Pria yang akrab disapa Rino ini menjadi penggemar jersey impor bekas.
Sejak 2007 lalu, ia masuk keluar toko babebo impor untuk mencari kostum klub sepak bola luar negeri. Koleksi jersey impor bekas milik Rino pernah mencapai 200 potong.
Kebanyakan, kostum klub itu didapatnya dari toko babebo yang ada di Malang Raya. Sebagian lagi, dia dapatkan dari hasil hunting jersey bekas impor di luar kota.
"Dari hobi mengoleksi jersey impor bekas itu, kini saya menjadi penjual baju bekas," kata Rino.
BERSAMBUNG: Bisnis "Jersey" Bekas, Dibeli Rp 30.000 Laku Rp 300.000