Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Bus: Kita Tak Ikut Mogok, Nanti Rugi Sendiri

Kompas.com - 19/11/2014, 14:18 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis


MALANG, KOMPAS.com - Pengusaha angkutan bus di Malang, Jawa Timur, menolak untuk melakukan aksi mogok. Pasalnya, jika melakukan mogok, mereka mengaku mereka sendiri yang akan rugi.

Selain itu, mereka juga mengaku kasihan kepada masyarakat dan pelajar yang membutuhkan jasa angkutan untuk pergi ke sekolah. Menurut pengusaha angkutan bus Bagong, Kabupaten Malang, Hendri Sisanto, pihaknya tidak mendapatkan instruksi dari Organda pusat untuk melakukan aksi mogok.

"Kita tidak melakukan aksi mogok. Karena jika mogok, kita malah yang rugi. Dan tidak ada perintah mogok dari Organda pusat," katanya.

Sejak kenaikan harga BBM, tetap normal beroperasi dan belum menaikkan harga tarif sebesar 10 persen.

"Kenaikan akan diterapkan pada Kamis (20/11/2014) besok," ungkap Hendri.

Dia menilai kenaikan tarif angkutan umum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sudah pantas dan wajar.

"Kenaikan 10 persen untuk tarif angkutan sudah wajar. Tak ada persoalan bagi kami," katanya.

Apakah tidak merugi? Hendri menjelaskan, jika penumpangnya banyak atau bahkan penuh pada sekali berangkat ke tujuan, maka tidak akan rugi.

"Jika bus penuh penumpang, malah ada hasil. Jika sedikit jelas tidak nutut alias rugi," tuturnya.

Untuk tarif lama angkutan bus Malang Blitar sebesar Rp 15.000, kini naik menjadi Rp 16.500. Untuk bus jurusan Malang-Tuluagung tarif lama Rp 22.000 naik menjadi Rp 24.000. Dan untuk tarif lama Malang-Trenggalek sebesar Rp 28.000 menjadi Rp 31.000.

Hendri menambahkan, pihaknya setiap harinya mengoprasikan bus sebanyak 30 unit setiap hari untuk jurusan Malang-Blitar, Malang-Trenggalek, Malang-Tulungaung.

"Masing-masing bus (PP) membutuhkan 40 liter. Kita masih nutut jika ramai penumpang. Hingga saat ini, masih belum ada keluhan dari penumpang," katanya.

Namun, Hendri mengaku, angka penumpang angkutan umum memang mulai menyusut. Tapi, nantinya akan normal.

"Penyusutan itu bisanya hanya beberapa hari. Sejak kenaikkan tak terlalu berdampak," katanya.

Hendri berharap, pemerintah jika bisa harga BBM bisa diturun, jika harga minyak dunia turun.

"Karena ke depan minat penumpang angkutan umum akan menurun, walaupun fasilitas di dalam angkutan sudah lengkap dan mewah," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com