Salah satu sesepuh Desa Sendang Sikucing Rowosari, Harmanu Dutowinoto (74), mengatakan, sedekah laut di Sendang Sikucing dilakukan setiap tahun sekali, yaitu pada bulan Muharram.
“Kapan awal sedekah laut itu dilakukan, warga tidak ada yang tahu. Tapi, sejak saya kecil sedekah laut ini, sudah ada,” katanya.
Harmanu menjelaskan, sedekah laut dimulai dengan berdoa bersama di tempat pelelangan ikan. Setelah berdoa, beberapa nelayan mengangkat perahu miniatur yang terbuat dari papan dan diberi bendera merah putih.
Di dalam perahu buatan itu, terdapat kepala sapi yang dibungkus dengan kain kafan putih, engkong ayam, dan nasi gudangan serta buah pisang.
“Perahu miniatur yang berisi sesaji tersebut dibawa ke perahu dan diarak ke tengah laut. Setelah sampai di tengah laut, perahu itu diletakkan ke air dan dibiarkan terbawa gelombang laut,” ujarnya.
Harmanu menambahkan, usai melarung kepala sapi yang diletakkan ke dalam perahu buatan, warga menggelar acara wayang kulit.
Camat Rowosari Kendal, Moh. Fatoni, mengatakan bahwa jumlah nelayan yang ada di Sendang Sikucing ada 146 orang. Sebanyak 60 persen dari nelayan itu memakai perahu besar dalam menangkap ikan, sementara sisanya menggunakan perahu mesin kecil. Tahun ini, ungkap Toni, ikan hasil tangkapan nelayan lebih meningkat dibandingkan tahun lalu.
“Sedekah laut, adalah ucapan rasa syukur kepada Tuhan,” ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Kendal Widya Kandi Susanti ikut menghadiri sedekah laut tersebut mengatakan, bahwa sedekah laut di Sendang Sikucing adalah tradisi lama, peninggalan nenek moyang. Tradisi ini, perlu dipertahankan, karena mempunyai dampak yang positif.
“Ini budaya nenek moyang kita. Budaya ini, bisa berdampak baik, karena bisa dijadikan wisata bahari,” kata Widya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.