Liza yang tengah hamil tiga bulan itu masih ingat, saat terakhir pertemuannya dengan suami yang dinikahinya dua tahun lalu itu di tahanan Polsek Sukodono, beberapa saat setelah suaminya ditahan.
"Terakhir bertemu saya, Mas Imron baik-baik saja, jadi saya tidak curiga," katanya, Selasa (4/11/2014).
Hingga saat ini, Liza masih shock, di pelipis kanannya masih terdapat penutup luka bekas lemparan batu, Jumat (31/10/2014) malam lalu saat dirinya dan Imron datang ke pasar malam di lapangan desanya yang menghadirkan hiburan musik dangdut.
Liza sangat yakin bahwa suaminya bukanlah provokator kerusuhan seperti yang dituduhkan polisi, apalagi sampai ada isu bahwa suaminya menenggak minuman keras.
"Suami saya orang baik, saya tahu sekali karakternya, bukan seperti yang dituduhkan polisi," ungkap Liza.
Dia berharap, kasus yang menimpa suaminya segera tuntas, dan hukum mengadili siapa-siapa yang bersalah, meskipun itu melibatkan penegak hukum. Sabtu (1/11/2014) pagi, Imron yang bekerja sebagai sopir kendaraan angkutan barang antar kota itu dikabarkan tewas di sel tahanan.
Saat ditemukan, mukanya membiru, dan polisi sempat membawanya ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong. Dia ditangkap karena dituduh sebagai provokator oleh polisi dalam keributan di pasar malam yang menghadirkan hiburan musik dangdut. Padahal, dia hanya ingin meminta pihak penyelenggara hiburan dan polisi bertanggung jawab atas isterinya yang terkena lemparan batu saat kerusuhan penonton musik dangdut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.