"Ini dilakukan secara swadaya karena kami takut mati kelaparan kalau menunggu irigasi diperbaiki oleh pemerintah, sementara musim tanam segera tiba, dan kami harus makan," kata Aprizal, Kepala Desa Tanjung Seru, Selasa (21/10/2014).
Ia menjelaskan, irigasi tersebut rusak di bagian dasar pada 2013. Jika air sungai membesar, maka kerusakan di dasar irigasi akan terus membesar sehingga berpengaruh juga pada jembatan di atasnya yang menghubungkan beberapa desa di Bengkulu. Selain itu, kerusakan irigasi bisa berimbas pada keringnya ratusan hektar sawah milik petani.
Menurut Aprizal, masyarakat pernah mengusulkan kepada pemerintah mengenai perbaikan irigasi. Namun, permintaan itu hingga saat ini tak digubris. Akhirnya, warga berinisiatif melakukan perbaikan secara swadaya.
Terdapat 486 kepala keluarga yang memanfaatkan saluran irigasi tersebut, yakni dari Desa Tanjung Seru, Desa Tanjungan, Desa Padang Genting di Kecamatan Seluma Selatan, serta Desa Selebar dan Desa Rawa Sari di Kecamatan Seluma Timur. Potensi gabah di daerah-daerah ini mencapai ratusan ton per satu kali masa tanam padi.
Pemerintah Kabupaten Seluma menyebutkan, jika jaringan irigasi di wilayah itu dapat berfungsi maksimal, maka sawah bisa diaktifkan kembali. Di wilayah itu terdapat dua bendungan besar, yaitu air Seluma dan bendungan Alas, yang dibangun pada tahun 1980-an.