Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup di Perbatasan, Belum Sempat Teguk Liur Sudah Rp 50.000...

Kompas.com - 21/10/2014, 10:54 WIB
Kontributor Samarinda, Hyuna Azamta Asyifa

Penulis

MAHAKAM ULU, KOMPAS.com — Di kawasan perbatasan Malaysia–Indonesia, tepatnya di Kecamatan Long Apari, Kalimantan Timur, masyarakat di sana ternyata tidak bisa menangkap siaran televisi TVRI dan radio RRI. Padahal, untuk melihat dunia luar, masyarakat di Long Apari hanya bergantung pada TV dan radio.

"Tidak ada siaran RRI dan TVRI Kaltim di sini. Kami dapat siaran Malaysia dan RRC saja. Kalau TV, kami malah dapat TVRI Papua. Padahal, kami butuh pemberitaan dari daerah Kaltim agar kami tahu perkembangan di luar sana," kata Tibun Bala, Kepala Desa Ting Ohang, Kecamatan Long Apari.

Tibun mengaku pernah membuang radionya ke sungai karena kesal tidak pernah mendengar siaran RRI. "Saya putar-putar radio itu, endak dapat sinyal juga. Saya kesal, langsung saya buang radionya ke sungai," ungkap dia.

Meski sudah berulang kali menanyakan hal itu ke pejabat pemerintahan, Tibun tetap tidak mendapat jawaban pasti. Menurut dia, bukit-bukit dan hutan menjadi alasan Long Apari tidak bisa mendapat siaran di Kaltim.

"Kan aneh, kalau TVRI Papua kami dapat, tapi TVRI tidak dapat. Papua itu jauh sekali dari sini, tidak hanya bukit yang menghalangi, tapi juga lautan lepas, sedangkan TVRI ada di Ibu Kota, dekat saja ketimbang Papua," ujar dia.

Disinggung masalah tidak adanya sinyal telekomunikasi, Tibun tertawa. Menurut dia, janji pemerintah pada jalur telekomunikasi adalah lagu lama. "Dari dulu janji-janji terus. Tidak ada juga sinyal di sini. Itu ada tower-nya, sudah berapa kali mau dirobohkan masyarakat, terlalu banyak janji," kata dia.

Meski demikian, Tibun mengatakan, ada dua warung telepon (wartel) di Kecamatan Long Apari. Wartel itu menggunakan telepon satelit, yang biaya pemasangannya hingga puluhan juta rupiah. "Itu wartel mahal sekali, baru ngomong sudah Rp 30.000. Belum sempat teguk liur, sudah Rp 50.000. Ya mau apalagi, cuma itu satu-satunya alat telekomunikasi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com