Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditelantarkan Orang Tua, Nasib Aldy Berakhir di Gudang

Kompas.com - 15/10/2014, 01:06 WIB
Kontributor Nunukan, Sukoco

Penulis


NUNUKAN, KOMPAS.com - Aldy menyantap dengan lahap makan siangnya yang terdiri dari nasi sayur bening dan tempe di atas kasur tua di ruang gudang penyimpanan barang milik Dinas Sosial Kabupaten Nunukan. Dari ruangan tersebut sekilas tercium bau pesing karena sebelumnya Aldy buang air dan kencing di kasur tua yang dilapisi plastik tersebut.

“Kalau makannya lahap dia. Apa saja menunya dia tidak menolak. Cuma kalau berak dan kencing ya dikasur itu," ujar Edy Rahman staff Bagian Sosial Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Nunukan Selasa (15/10).

Aldy sebenarnya telah berusia 15 tahun, namun derita keterbelakangan mental dan gangguan kejiwaan membuat tingkahnya seperti anak anak yang berusia 2 tahun. 3 bulan terakhir Aldy terpaksa menghuni gudang setelah dikembalikan dari Panti Bambu Apus Jakarta.

Tragisnya, Dinas Sosial Kabupaten Nunukan kesulitan mencari keberadaan orang tua Aldy.

“Kami terima dari Dinas Sosial provinsi karena proses pengirimannya dulu dari Kabupaten, Provinsi ke Jakarta begitu pula sebaliknya. Dia sempat sekolah di Panti Bambu Apus selama 3 tahun, karena di Panti Bambu Apus itu kan khusus menangani anak dengan keterbelakngan mental, sementara si Aldy ini sepertinya tidak hanya keterbelakangan mental," ucap Edy Rahman.

Edy bercerita, dirinya kesulitan melacak keberadaan orang tua Aldy. Awalnya Aldy diketahui dari Panti Ruhama yang dibawa oleh pedagang karena kasihan melihat keadaan Aldy ketika di Seimenggaris.

Keberadaan orang tua Aldy dikatakan Edy sangat minim informasi. Mereka hanya tahu bapak Aldy memiliki suku Bugis. Ketika di Seimenggaris Aldy tinggal bersama ibu tiri yang bersuku Jawa sementara bapaknya Aldy diketahui menelantarkan anaknya ini.

Meski begitu, pihak Panti juga menyebut tidak mengetahui keberadaan ibu tirinya. Diperkirakan orang tua Aldy adalah TKI.

Panti Ruhama yang sebelumnya menampung pun tidak memiliki data orang tua Aldy. Panti Ruhama juga menolak waktu kita mau kembalikan Aldy kesana. Bahklan kita sempat ngotot mengingat Panti Ruhama memiliki fasilitas ruang lah. Tapi akhirnya terpaksa kita tampung Aldy digudang karena kita tidak punya penampungan. Mau dibawa kemana?” ucap Edy.

Keberadaan Aldy yang tinggal di gudang barang Bagian Sosial Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Nunukan sendiri ternyata menjadi beban tersendiri bagi karyawan bagian sosial.

Petugas terpaksa menjalani ritual membersihkan kotoran setiap Aldy buang air besar. Nelangsanya lagi, saat ini anggaran untuk merawat anak terlantar seperti Aldy juga sudah habis karena anggaran tersebut sebelumnya digunakan untuk memulangkan dan merawat eks TKI deportasi dari Malaysia yang dideportasi ke Nunukan.

Untuk menopang kebutuhan makan Aldy, Edy mengaku mengorbankan gaji serta mendapat bantuan dari kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial.

”Kita masih menunggu anggaran perubahan karena anggaran kita kemarin sudah habis untuk memulangkan 3 TKI gila ke daerah asal mereka dan mengirim 15 TKI gila ke rumah sakit Jiwa Tarakan. ABT nanti kita ajukan 50 juta. Untuk kebutuhan makan Aldy sekarang ya korban gaji, ada juga dari kepal dinas. Setiap hari paling tidak butuh 30 ribu, nasi bungkus 10 ribu," ujar Edy.

Edy Rahman yang bertanggung jawab atas keberadaan Aldy berharap negara peduli terhadap nasib Aldy mengingat Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Nunukan tidak memiliki penampungan untuk anak dengan kebutuhan khusus.

“Kita sudah bersurat ke Dinas Sosial Provinsi meminta bantuan untuk mencarikan tempat bagi Aldy karena nasib Aldy yang ditelantarakan orang tuanya ini berkebutuhan khusus. Sampai sekarang kita belum terima balasannya. Jadi tolonglah temen-temen wartawan carikan panti yang sanggup menampung Aldy. Karena sampai kapan kita sanggup merawat, kita sendiri tidak pernah mendapat pelatihan untuk merawat anak seperti ini," harap Edy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com