Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal Mula Sapi dengan Pakan Sampah di Tasik...

Kompas.com - 01/10/2014, 15:44 WIB
Kontributor Ciamis, Irwan Nugraha

Penulis

TASIKMALAYA, KOMPAS.com – Keberadaan sapi sampah atau sapi yang diberi pakan sehari-hari dari tumpukan sampah yang berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, ternyata berawal dari sapi titipan para pejabat Pemerintah Kota Tasikmalaya.

Sapi sampah ini pun kerap laris manis dijual untuk hewan potong kurban pada Hari Raya Idul Adha tiap tahunnya. Pantauan Kompas.com, di lokasi TPA sampah se-Kota Tasikmalaya tersebut terlihat ratusan ekor sapi yang sedang mencari makan di tumpukan sampah dengan luas area sekitar 4 hektar.

Sekilas kondisi sapi-sapi tersebut tak berbeda jauh dengan sapi pemakan rumput biasanya. Bahkan, sapi sampah ini kondisi badannya terlihat lebih gemuk dan subur. Salah seorang peternak sapi sampah di TPA ini, Syamsudin (55) mengatakan, awalnya peternakan sapi yang pakan tiap harinya berasal dari sampah ini pemiliknya adalah para pejabat.

Mulai dari wali kota, asisten daerah, kepala dinas, dan pejabat eselon di bawahnya. Sistemnya, mereka membeli sapi dan diternakan oleh para warga di sekitar TPA. Pemeliharaan sapi oleh warga ini dengan sistem “nengah” atau jika sapi beranak, nantinya akan dibagi dua dengan pemilik aslinya.

Cara pembagian hasil lainnya adalah membagi dua jumlah keuntungan apabila sapi tersebut dijual. “Dulu ada sapi sampah berawal sekitar tahun 2004. Sapi ini awalnya milik para pejabat, mulai dari walikota saat itu, asisten daerah, kepala dinas, sampai pejabat lainnya. Kami warga di sini dipercaya sebagai peternaknya, dan hasilnya dibagi dua keuntungan jika dijual. Atau dengan cara 'nengah',” kata dia, Rabu (1/10/2014).

Setiap harinya, kata Syamsudin, pakan sapi sampah ini berasal dari makanan sisa manusia yang dibuang ke tempat sampah. Seperti, nasi sisa, sayur-sayuran sisa, daging sisa, dan lainnya. Pokoknya sapi sampah ini mengonsumsi sisa makanan yang ada di tempat sampah tersebut.

Semakin berkembangnya peternakan sapi sampah ini dengan pakan hanya cukup dilepas di lokasi TPA, kata Syamsudin, warga sekitar pun mulai meniru peternakan sapi sampah tersebut.

Mereka yang memiliki uang langsung membeli sapi untuk diternakan dengan pakan hanya sisa makanan dari sampah. Apalagi dengan cara pakan seperti ini, sapi pun bisa berkembang biak secara normal dan dinilai bisa mendapatkan keuntungan lebih mudah daripada dengan memberikan pakan rumput.

“Kalau sekarang jumlah semua sapi yang disini ada sekitar 300 ekor. Tapi sekarang sapi ini pemiliknya bukan lagi para pejabat. Kalau yang punya pejabatnya sudah habis. Sekarang pemiliknya warga di sini saja semuanya,” ujar dia.

Harga sapi normal
Siapa sangka harga sapi sampah ini sama dengan sapi biasanya yang diberi pakan rumput. Saat ini saja, sapi sampah jantan yang dipakai untuk hewan potong kurban mulai dari harga Rp 15 juta sampai Rp 18 juta per ekornya. Harga ini pun disesuaikan dengan besaran dan berat sapi yang dijual.

“Kalau harga sapi tidak lebih murah, justru harganya sama dengan sapi biasanya yang diberi pakan rumput,” kata Syamsudin.

Ia pun mengaku menjual sapi ini kepada seorang Bandar yang sengaja mencari sapi ke lokasi TPA. Selanjutnya, sapi sampahnya ini pun tak diketahui dijual ke mana. “Kalau sapi sampah ini dipakai untuk yang kurban banyak yang nyari ke sini. Soalnya dagingnya pun kan sama enak dengan sapi biasanya,” tambah dia.

Syamsudin pun mengaku peternak di wilayahnya pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Kota Tasikmalaya. Pemerintah menilai warga di sini telah berhasil menernakan sapi sampah menjadi salah satu sapi komiditi di pasaran.

“Kita juga dianggap telah berhasil mengembangbiakan sapi di tempat sampah ini. Waktu itu pun kita pernah mendapatkan bantuan sapi dari pemerintah provinsi dan kota,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com