Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bergerilya" hingga ke SMP, Para Lesbian Gaet Anak Sekolah

Kompas.com - 23/09/2014, 10:01 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

MANADO, KOMPAS.com — Kewaspadaan orangtua pantas untuk ditingkatkan terhadap pergaulan anak remaja mereka jika melihat temuan tentang kehidupan para pencinta sesama jenis (lesbian), khususnya di Manado.

Berdasarkan penelusuran Kompas.com di Manado, wanita penyuka sesama jenis itu "bergerilya" ke sekolah-sekolah untuk mencari mangsa. Salah satu pelaku lesbian, Cici (20), mengaku mengenal cinta sesama jenis sejak masih berusia 13 tahun.

"Buchy saya waktu itu lebih tua dari saya," kata Cici, Minggu (21/9/2014).

Buchy merupakan istilah pasangan lesbian yang bertindak seperti laki-laki dalam pasangan normal. Sementara itu, famme adalah peran wanita dalam hubungan tersebut.

Cici mengaku diajak menjadi famme, dan berlanjut hingga kini ketika dia telah bekerja. Kenyataan itu juga dibenarkan sejumlah anak sekolah menengah pertama (SMP) yang ditemui Kompas.com.

Mereka tanpa malu-malu mengungkapkan bahwa mereka pasangan lesbian. "Malas dengan laki-laki, banyak maunya. Kalau dengan perempuan, terasa nyaman," ujar seorang siswi SMP swasta di Manado yang tidak mau menyebutkan namanya.

Dia menceritakan, cinta terlarang itu berawal ketika dirinya mengonfirmasi permintaan pertemanan di jejaring sosial Facebook dari seorang perempuan. Selang dua bulan setelah berkenalan, teman wanitanya itu lalu menyatakan perasaan cinta.

"Awalnya saya merasa aneh, kenapa perempuan yang bilang sayang sama saya. Akan tetapi, lama-lama jadi nyaman juga, dan saya bilang, iya, sayang juga sama dia," ujarnya.

Dari sekadar chatting di Facebook, hubungan mereka berlanjut hingga pertemuan secara fisik. Dia mengaku saat ini susah lepas dari praktik cinta yang menyimpang itu. "Takut juga ketahuan sama orangtua dan keluarga, tetapi mau bagaimana, saya telanjur sayang sama dia," ujar dia.

Sama halnya dengan Cici, beberapa pelaku lesbian juga mengakui sulit keluar dari hubungan tersebut. Cici mengakui bahwa buchy-nya saat ini merupakan pasangan yang kedua. "Yang pertama jalan empat tahun, dan yang ini sudah mau tiga tahun. Saya merasa nyaman saja dengan perempuan," aku Cici.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com, praktik lesbian di Manado memang sudah menggejala sejak beberapa tahun belakangan. Para pelaku lesbian ini bahkan mempunyai komunitas. Tak jarang, mereka berani mengekspresikan hubungan yang menyimpang itu di depan umum.

Menanggapi fenomena ini, pengamat sosial dan kemasyarakatan di Sulawesi Utara, Dirno Kaghoo, mengatakan, salah satu pendorong tumbuhnya perilaku menyimpang itu adalah kebutuhan akan lifestyle atau gaya hidup.

"Ada dorongan untuk mengikuti gaya hidup yang tidak disaring. Selain itu, kontrol orangtua dan keluarga yang lemah terhadap pergaulan anak juga menjadi penyebab," kata Dirno.

Dia juga berasumsi mengenai tidak siapnya remaja menghadapi tekanan hidup yang kuat sehingga mengalami stres dan mudah terjerumus ke situasi seperti ini. "Perkembangan teknologi komunikasi ikut juga memberi sumbangan terhadap perilaku itu," tandas Dirno.

Yang mencengangkan, beberapa hasil penelusuran ini menunjukkan fakta bahwa buchy menjadikan modus menggaet pasangan lesbiannya untuk dijadikan sebagai pekerja seks komersial (PSK). Mereka membujuk famme-nya untuk menjajakan diri ke pria hidung belang, dengan alasan demi memenuhi kebutuhan hubungan mereka.

"Buchy sengaja menggaet pasangan yang lebih muda karena hal itu bisa ditawarkan dengan harga yang lebih tinggi kepada pelanggan. Tidak hanya berusia muda, famme rata-rata juga berparas cantik," aku Cici. 

Baca juga: Gaet Pasangan Lesbian, Modus Jualan PSK di Manado

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com