Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Digali, Potensi Obat Herbal dari Pulau di Tengah Samudra Hindia

Kompas.com - 19/09/2014, 11:39 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com — Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) mengembangkan riset di Pulau Enggano, wilayah yang terletak di Samudra Hindia, terhadap tumbuhan yang berpotensi dijadikan obat herbal.

"Ada banyak tumbuhan khas di Pulau Enggano yang berpotensi tinggi dijadikan obat herbal, seperti obat batuk, pilek, sakit perut, hingga kanker; dan tanaman itu hanya ada di sana," kata Kepala Pusat Studi Bencana UMB Sunaryadi, Jumat (19/9/2014).

Sejauh ini, riset tumbuhan yang berpotensi menjadi obat tersebut dilakukan secara mendasar. Artinya, penelitian baru pada tahap inventarisasi sumber daya genetika. 

Sunaryadi berharap, pemerintah, termasuk pihak terkait lain, membantu pembiayaan untuk riset lanjutan terhadap tanaman obat endemik Pulau Enggano tersebut. "Secara prinsip, semua tanaman berpotensi menjadi obat, tetapi (pertanyaannya apakah) bisa atau tidak dikelola dengan baik," lanjut dia.

Menurut Sunaryadi, inventarisasi tumbuhan obat di daerah itu sangat diperlukan mengingat kondisi pulau yang jauh dari jangkauan kota, termasuk dalam memperoleh akses kesehatan. "Jika tumbuhan obat telah ada dan dapat dimanfaatkan warga setempat, maka ketergantungan mereka pada obat-obat modern tidak terlalu tinggi lagi," ungkap dia.

Pulau Enggano merupakan salah satu pulau terluar yang terletak di Samudra Hindia dan berbatasan dengan India. Pulau Enggano memiliki luas sekitar 40 kilometer persegi. Suku Enggano, menurut penduduk setempat, terbagi dalam enam kelompok. Lima di antaranya adalah Suku Kaitora, Kauno, Kaahua, Kaaruba, dan Kaharubi, sementara masyarakat pendatang diberi nama Suku Kamay oleh lima suku itu.

Pulau Enggano dapat diakses menggunakan kapal perintis atau feri dengan waktu tempuh sekitar satu malam, dengan mengarungi Samudra Hindia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com