Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Kecelakaan KA, Tukang Cukur Pasang Sirene di Depan Rumah

Kompas.com - 01/09/2014, 14:46 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Banyak cara yang bisa dilakukan agar hidup kita bermanfaat untuk orang lain. Seperti yang dilakukan Siswandi, pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang cukur di wilayah Lingkungan Sukorejo, Banjarsari, Banyuwangi.

Rumahnya yang berada dekat dengan rel kereta api tanpa palang pintu, membuat dia berinisiatif membuat sirene di depan rumahnya. "Dulu sebelum memasang sirine, setiap ada kereta mau lewat saya harus keluar rumah dan berteriak sepur... sepurrrr... agar yang bawa sepeda motor ataupun mobil berhenti," kata dia sambil tertawa.

Bahkan, kadang-kadang ia harus meninggalkan pelanggannya yang sedang mencukur rambut. "Untungnya pelanggannya enggak ada yang marah. Mereka ngerti kok. Pekerjaan penting, menjaga agar enggak ada kecelakaan juga penting," sambung dia.

Agar dapat bekerja dengan dengan tenang, akhirnya Mas Sis --begitu ia akrab dipanggil, berinisiatif membuat sirine yang dipasang di depan rumah. Sirene itu dilengkapi tombol dan diletakkan di teras rumah, tempat dia memangkas rambut.

"Kalo ditotal sekitar Rp 500 ribu, saya beli nyicil untuk komponen-komponennya. Merakitnya di bantu sama temen," kata dia.

Setiap ada kereta mau lewat, ia tinggal menekan tombol sirine yang akan berbunyi kencang selama kereta api melintas. Sis mengaku sudah hapal jadwal kereta dan juga mengajari kedua anak lelakinya yang masih duduk di bangku SD.

"Mereka berdua sudah hapal jadwal kereta lewat. Atau tanda tanda jika kereta api mau melintas. Biasanya mereka menekan tombol dengan naik kursi karena sengaja saya taruh di tempat yang agak tinggi. Istri saya juga sering bantu," ungkap dia.

Awalnya, tetangga sekitarnya sempat kaget dengan suara sirine yang cukup kencang tersebut. Namun tidak ada yang protes. Bahkan mereka mengucapkan terimakasih kepada Sis. "Sekarang kalau ada suara sirine pengguna jalan berhenti karena tahu kereta api mau lewat," ungkak Sis.

Lelaki yang juga menjadi tukang cukur Paskibraka Kabupaten Banyuwangi ini mengaku ikhlas melakukan hal tersebut untuk membantu mencegah kecelakaan lalu lintas di perlintasan KA itu.

"Dulu pernah ada kecelakaan di sini ditabrak kereta. Ada juga mobil yang macet saat melintas. Pokoknya dulu selalu khawatir kalau ada kereta api mau lewat. Apalagi kendaraan yang melintas di depan rumah saya cukup banyak terutama pagi dan sore. Sekarang agak tenang setelah ada sirine ini jadi nyukurnya bisa lebih fokus," ungkap lelaki kelahiran Blitar 5 Juli 1976 tersebut.

Dia mengaku ikhlas tidak mendapatkan gaji dari aktivitas yang ia lakukan selama empat bulan terakhir ini. "Bayarannya nanti saat mati. Cukuplah pendapatan jadi tukang cukur seperti ini," cetusnya.

Setiap hari, suami dari Siti Jamilah ini mengaku mendapatkan uang sekitar Rp 100 ribu dari pekerjaannya. "Tarifnya per kepala sih 7.000 ribu tapi kalau saya seikhlasnya mau dikasih 5.000 juga enggak apa-apa," ungkap dia.

Saat ini, Sis masih mengumpulkan uang lagi untuk menambahkan lampu pada sirine yang ia pasang. "Saya sih pinginnya seperti di mobil ambulance itu. Lampu yang warnanya merah jadi nanti kalau malam-malam pengguna jalan bisa melihat jelas," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com