"Saya sudah merencanakan datang ke Kemuning. Kemarin saya mau ke sana tapi beliaunya ke Magelang. (Sebenarnya) bukan untuk membicarakan masalah ISIS. Tapi silaturahim biasa," kata Mundjirin, Selasa (12/8/2014).
Di wilayah tersebut, lanjut Mundjirin, pihaknya mengenal dua tokoh yang selama ini dianggap radikal, yakni Kiai Sabar dan Kiai Rofii. Namun, dia meyakini kedua tokoh itu tidak tertarik dengan gerakan ISIS.
"Saya mungkin bisa menganalisa jika ada tokoh yang dicurigai. Paling ya itu-itu saja, karena dianggap punya jaringan ke Solo," ujarnya.
Menurut Mundjirin, semangat jihad dari para anggota ormas garis keras atau pihak-pihak yang bersimpati terhadap ISIS akan lebih pas jika dialihkan untuk memerangi kemiskinan. Pasalnya, saat ini, masih banyak warga di Kabupaten Semarang yang hidup di bawah garis kemiskinan.
"Di Kabupaten Semarang saja butuh tujuh ton (beras) sebulan untuk warga miskin. Apakah kita menutup mata? Sudah jelas dikatakan Menkopolhukam, kalau mau bantu ISIS, silakan, tapi keluar sebagai warga negara Indonesia," tuturnya.
Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kabupaten Semarang telah memetakan wilayah kecamatan Sumowono sebagai prioritas pengawasan gerakan ISIS. Hal itu didasari kenyataan bahwa wilayah tersebut merupakan basis massa sebuah ormas garis keras.