Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makam dr Tjipto "Tenggelam" di Kepadatan Kota Ambarawa

Kompas.com - 11/08/2014, 10:29 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com — Tahukah Anda di mana makam pahlawan nasional, dr Tjipto Mangoenkoesoemo? Makam salah satu pahlawan perintis kemerdekaan itu berada di kompleks pemakaman Watu Ceper, Lingkungan Kupang Tegal, Kelurahan Kupang, Ambarawa, Jawa Tengah.

Lokasinya berada di belakang pertokoan pinggir Jalan Jenderal Sudirman, Ambarawa, dan berada di antara permukiman padat penduduk.

Makam tokoh pergerakan nasional ini seolah terabaikan dan jarang diketahui oleh masyarakat luas. Satu-satunya petunjuk yang menyebutkan keberadaan makam dr Tjipto adalah sebuah papan petunjuk yang berada di pinggir jalan. Namun, karena bentuknya yang kecil, papan itu tidak terlihat. Terlebih lagi, papan itu kalah besar dengan papan nama toko dan reklame yang ada di sekitarnya.

Makam dr Tjipto berada di tanah milik leluhur Mangoenkoesoemo. Di areal makam tersebut juga terdapat makam istri, adik, anak, dan kedua orangtua pahlawan nasional tersebut. Saat ini kompleks makam dr Tjipto juga menjadi tempat pemakaman umum bagi warga Kelurahan Kupang.

Menurut penuturan juru kunci makam keluarga Mangoenkoesoemo, Rosalia Suwarsinah (70), total ada 42 leluhur dr Tjipto yang dimakamkan di sana. Makam dr Tjipto dan kerabatnya dikelilingi pagar untuk membedakan dengan makam warga. Sementara itu, keluarga besar Mangoenkoesoemo tidak lagi tinggal di Ambarawa.

Rumah peninggalan keluarga dr Tjipto pun tak lagi ditempati. Sebagian rumah juga dikontrakkan kepada warga. "Pusara makam dokter Tjipto dan istrinya dibuat dari batu. Dulu Pak Tjipto berwasiat pusaranya jangan dibuat dari marmer, tetapi dari batu saja," ungkap Suwarsinah, Senin (11/8/2014).

Suwarsinah bercerita, juru kunci makam tersebut dulunya dipegang oleh ayahnya, Pawiro Kaslan, pada 1942. Kebetulan Kaslan adalah murid dari ayah dr Tjipto, yakni Mangoenkoesoemo.

Sejak diberi mandat untuk mengurus makam, Kaslan kerap mengajak anak-anaknya, termasuk Suwarsinah, untuk mengurus makam keluarga Mangoenkoesoemo tersebut. Setelah Kaslan meninggal, juru kunci beralih pada kakak Suwarsinah. Selanjutnya juru kunci generasi ketiga dimandatkan kepada Suwarsinah.

Awalnya, pengelolaan dilakukan keluarga dr Tjipto yang saat ini sudah tidak lagi berada di Ambarawa. "Baru pada tahun 80-an, Dinas Pendidikan Jateng mulai memberikan bantuan rehabilitasi makam," kata dia.

Menurut Suwarsinah, pada awalnya, banyak yang tidak mengetahui makam pahlawan nasional itu. Namun, setelah dilakukan renovasi oleh keluarga maupun Pemerintah Provinsi, baru kemudian makam tersebut mulai dikunjungi warga.

Meski demikian, jarang sekali pejabat atau pada momen Hari Kemerdekaan maupun Kebangkitan Nasional mengunjungi makam dr Tjipto sebagai tujuan ziarah kepahlawanan. Hal itu menjadi salah satu faktor mengapa banyak yang tidak mengetahui makam dr Tjipto.

"Baru tiga tahun ini rutin dikunjungi, sebelumnya jarang, bahkan bisa dikatakan tidak pernah. Yang sering datang paling keluarga yang ada di luar kota. Yang rutin justru Pak Bupati Mundjirin, terutama pada hari-hari besar kenegaraan," kata Suwarsinah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com