Pertemuan JK dengan guru ngaji dan kiai itu digelar di Pondok Pesantren Azzuber di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan. Saat tiba di Pesantren Azzuber, ribuan guru ngaji berebut untuk berjabatan tangan dan berpelukan dengan JK. Bahkan di antara mereka terlibat saling dorong hingga menyebabkan guru ngaji lainnya terjatuh.
Pengasuh Pondok Pesantren Azzuber, KH Mahrus Ali, dalam sambutannya mengatakan, ingin menitipkan nasib guru ngaji, madrasah, pondok pesantren, dan orang kecil di seluruh Indonesia kepada JK agar benar-benar diperhatikan. Sebab, kata KH Mahrus, mereka belum mendapatkan banyak perhatian dari pemerintah.
"Saya juga titip Nahdlatul Ulama di seluruh Indonesia agar dijaga. Apalagi Pak JK anggota mustasyar PBNU sudah tidak diragukan lagi ke NU-annya," ungkap Mahrus Ali.
Sementara itu, JK mengatakan, pondok pesantren, madrasah, guru ngaji dan rakyat kecil sudah menjadi sasaran utama untuk diberdayakan, termasuk NU. Menurut JK, NU adalah organisasi massa Islam yang menjaga akidah agar tidak menyimpang dengan berpegang tegung pada ajaran ahlussunnah waljamaah.
"Sebagai Nahdliyin, saya harus menjalankan 'Aswaja' (ahlusunnah waljamaah) dengan baik. Ajaran Aswaja tidak bertentangan dengan ajaran masyarakat di Indonesia," ungkap JK.
Jusuf Kalla menegaskan, jika ia bersama Jokowi diberi amanah oleh rakyat Indonesia dan masyarakat Madura, siap memberdayakan ekonomi dan meningkatkan pendidikan masyarakat Madura.
"Jangn lupa tanggal 9 Juli mendatang, pilih nomor 2 Jokowi-Jusuf Kalla. Jangan sampai golput, karena lima menit di TPS akan menentukan nasib bangsa lima tahun mendatang," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.