Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Satpam Tikam Bos Hotel Clarion karena Sakit Hati

Kompas.com - 03/06/2014, 19:14 WIB
Kontributor Makassar, Hendra Cipto

Penulis


MAKASSAR, KOMPAS.com - Penikaman bos Hotel Clarion, Anggiat Sinaga yang dilakukan mantan satpam hotel, Hamzah Gani (44) dilatarbelakangi kesalahpahaman dan sakit hati.

"Saya tanya tadi tersangka, katanya dia memang berniat membunuh Anggiat Sinaga. Tersangka sakit hati, karena merasa dibuang oleh hotel Clarion. Makanya, dia bawa memang badik dari rumahnya masuk ke hotel," ungkap Wakil Kepala Polsekta Tamalate, Salam Paningo saat ditemui di kantornya, Rabu (3/6/2014).

Entertaiment Manager Hotel Clarion Makassar, Eka Iskandar Putra (47) mengaku tidak mengetahui motif penikaman. Sebelum tersangka menikam korban, sempat terjadi kejar-kejaran di dalam hotel.

"Tersangka datang yang sempat menyalami korban. Setelah itu, tersangka langsung mencabut badiknya yang sudah dipersiapkan. Kami berusaha melerai, namun tersangka terus mengejar dan akan membunuh korban. Untung ada Kapolsekta Tamalate datang, kemudian mengamankan tersangka beserta badiknya," tutur Iskandar, warga Dusun Kramat, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur ini.

Iskandar mengungkapkan, tersangka menjadi satpam sejak Hotel Clarion Makassar dibuka pada tahun 2006. Tersangka diberi jabatan sebagai supervisor satpam. Hotel Clarion kemudian membuka cabang dan tersangka dipindahkan ke Jakarta dengan jabatan kepala satpam.

"Pada tahun 2013, Hotel Clarion di Jakarta direnovasi dan tersangka kemudian dipindahkan ke Kendari. Di situ, entah mengapa dia mengundurkan diri dan berhenti bekerja di Clarion Group. Lalu tersangka datang lagi ke Makassar dan menemui korban di Restoran Carita Hotel Clarion. Di situlah terjadi penikaman itu," jelasnya.

Akibat ditikam, lanjut Iskandar, korban mengalami luka di telapak dan jari kirinya, betis kanan serta paha kiri akibat sabetan badik tersangka.

"Korban sempat melawan dengan memegang badik itu, sehingga tidak mengenai perutnya. Jika kena perutnya, korban mungkin bisa meninggal karena badiknya panjang sekali," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com