Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan HB X: Tak Perlu Lagi Dialog dengan Kelompok Anarkistis

Kompas.com - 03/06/2014, 14:55 WIB
Sabrina Asril

Penulis


BOGOR, KOMPAS.com -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X menyatakan tidak akan berkompromi dengan kelompok massa yang menghalalkan kekerasan. Dia berharap agar hukum ditegakkan seadil mungkin sehingga tidak ada asumsi bahwa penyerangan yang terjadi terhadap umat Katolik yang sedang beribadah beberapa waktu lalu dikaitkan dengan kepentingan politik.

"Sudah tidak perlu dialog lagi, sekarang bukan saatnya dialog. Kalau ada kekerasan diproses saja, lakukan tindakan hukum," ujar Sultan di sela-sela acara Rakornas Persiapan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di Sentul International Convention Center, Bogor, Selasa (3/6/2014).

Sultan menyatakan, penegakan hukum adalah kunci untuk menghilangkan benih tindakan main hakim sendiri itu. Apabila hukum tidak ditegakkan, ia khawatir justru akan timbul asumsi yang bersifat politik. Maka dari itu, dia meminta agar semua pelaku kekerasan mendapat hukum yang setimpal.

Sultan mengakui bahwa kelompok masyarakat yang mengatasnamakan sebuah organisasi relatif ada di Yogyakarta. Namun, ia menegaskan bahwa aksi kekerasan itu sudah cukup mengganggu masyarakat "Kota Gudeg" itu, yang sebenarnya menyukai ketenangan dan kedamaian. "Bagi saya sudah cukup," tuturnya.

Terkait dengan akar masalahnya, Sultan mengisyaratkan bahwa benih kekerasan ditumbuhkan oleh warga pendatang. Namun, Sultan mengakui bahwa Yogyakarta tidak bisa menolak kedatangan mereka.

"Masa saya bilang, pendatang enggak boleh datang. Yang penting bagaimana masyarakat Jogja tidak senang dengan kekerasan. Saya mohon agar semua warga menghormati itu karena kekerasan fisik bukan karena peradaban baik," ujarnya.

Dalam dua hari berturut-turut, terjadi penyerangan di Yogyakarta awal pekan ini. Penyerangan pertama terjadi di rumah Julius Felicianus (54) di Perumahan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN), Dusun Tanjungsari, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik. Julius adalah Direktur Galang Press, penerbit buku di Yogyakarta. Ketika itu, sejumlah umat Katolik tengah berdoa.

Menurut Hendricus Subandono (22), putra Julius, penyerangan terjadi sekitar pukul 20.30. Para penyerang yang mengendarai sepeda motor berhenti di dekat rumah Julius dan berteriak-teriak. Saat bertemu peserta doa bersama, mereka menyerang dengan potongan besi dan alat setrum. Mereka juga melempari rumah Julius dengan batu sehingga kaca-kaca rumah pecah dan taman di depan rumah rusak parah.

"Jumlah penyerang sekitar delapan orang dan memakai gamis. Ketika mereka datang, orangtua saya sedang tak di rumah," kata Hendricus di rumahnya seperti dikutip harian Kompas.

Sekitar pukul 21.15, Julius tiba di rumahnya bersama beberapa teman. Tak lama kemudian Julius diserang dengan potongan besi oleh orang-orang yang sama. Selain Julius, sedikitnya dua peserta doa bersama juga terluka. Hendricus menjelaskan, pada Kamis malam di rumahnya sedang digelar doa rosario bersama dan latihan paduan suara.

"Doa bersama ini diadakan sejak awal Mei lalu. Sudah hampir sebulan, tetapi sebelumnya enggak ada gangguan," ujarnya.

Para peserta doa berjumlah sekitar 15 orang dan sebagian besar ibu-ibu. Hendricus menambahkan, dia mengenal sebagian penyerang. Dua orang di antaranya tinggal di depan rumah Julius. Wartawan Kompas TV, Michael Aryawan, yang sedang meliput kejadian itu juga diserang. Kamera milik Michael dirampas para penyerang.

Pada Jumat siang, Michael dan perwakilan Kompas TV DIY melaporkan penganiayaan dan perampasan kamera ke Kepolisian Daerah (Polda) DIY. Polisi sudah menangkap satu orang berinisial Kh yang diduga terlibat penyerangan. Kh ditangkap di rumahnya yang tak jauh dari lokasi kejadian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com