Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penderita Penyakit Kulit Akibat Mangan Jadi 1.000 Orang

Kompas.com - 16/05/2014, 22:32 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


ATAMBUA, KOMPAS.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat, jumlah penderita penyakit kulit akibat terkontaminasi limbah pertambangan mangan milik PT Nusa Lontar Resources di Dusun Aitameak dan Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu, NTT, hingga saat ini mencapai 1.000 orang.

“Data yang kami peroleh, sudah mencapai sekitar 1.000 warga yang terkena penyakit kulit akibat limbah mangan. Warga yang kena penyakit itu tersebar di tiga desa yang memang berada di dekat lokasi tambang. Tiga desa itu yakni Ekin, Sisifatuberal dan Lutarato,” ungkap Manager Kampanye Tambang dan Energi Walhi NTT, Melky Nahar kepada Kompas.com, Jumat (16/5/2014) malam.

Menurut Melky, penyakit kulit yang diderita warga, sudah berlangsung sekitar delapan bulan, dengan jumlah penderita paling banyak adalah anak-anak. Para penderita sempat juga dirawat di Rumah Sakit Atambua sampai dinyatakan sembuh oleh paramedis. Namun setelah kembali ke rumah dan mandi di kali, penyakit yang sama terjangkit lagi.

Selain penyakit kulit, kata Melky, warga juga diduga kuat kena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Hal itu dibuktikan setelah adanya pernyataan yang disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu pada audiens dengan massa gerakan Pro-Kehidupan (G-ProK) yang menggelar aksi unjuk rasa di kantor Bupati Belu, Jumat siang tadi.

“Kepala Dinas Kesehatan mengatakan bahwa setelah timnya mengunjungi lokasi tambang, ternyata ada 29 warga di lokasi tambang terkena ISPA. Dinas Kesehatan pun tidak terbuka menjelaskan kepada masyarakat soal apa penyebab sampai masyarakat terkena ISPA," kata Melky.

Terkait fakta ini, Melky menduga, warga lokasi tambang, selain sudah terkena penyakit kulit, juga sudah terkena ISPA akibat debu tambang mangan PT Nusa Lontar Resources.

Melky mengatakan, penyakit kulit yang menyerang ribuan warga ini sudah masuk kategori kejadian luar biasa, sehingga pihaknya mengharapkan adanya campur tangan pemerintah dengan mengobati warga dan segera melakukan moratorium untuk perusahaan tambang mangan tersebut.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 300 umat Katolik yang berasal dari perwakilan Paroki Sedekenat Belu Utara, Keuskupan Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tengara Timur (NTT), bersama puluhan pastor dan suster, melakukan aksi unjuk rasa di kantor Bupati Belu, Jumat (16/5/2014).

Massa yang tergabung dalam gerakan Pro-Kehidupan (G-Prok) itu mendesak pemerintah segera menghentikan segala aktivitas pertambangan bijih mangan PT Nusa Lontar Resources di Dusun Aitameak, Desa Ekin, Kecamatan Lamaknen Selatan, karena limbah dari mangan itu telah membuat ratusan warga di tiga desa terkena penyakit kulit.

Selain G-Prok, sejumlah organisasi juga ikut dalam aksi tersebut. Mereka adalah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi NTT, Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia wilayah NTT, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Atambua, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonensia (GMNI) cabang Atambua dan Orang Muda Katolik (OMK) dan Justice Peace Integrity of Creation (JPIC) OFM Timor.

Sementara itu, dari Pemerintah Daerah Belu hadir sekretaris daerah (Sekda), kepala Dinas Kesehatan, kepala Dinas Pertambangan Belu dan kepala Bapedalda Belu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com