Ketika berbincang dengan wartawan di Mapolres Sukabumi Kota, Kamis (8/5/2014) malam, Emon mengaku tidak begitu mengingat persis peristiwa yang menyebabkan dirinya menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap puluhan anak di wilayah perkampungannya.
"Saya lupa waktunya kapan, tetapi saat itu masih SMP. Pelakunya teman sendiri," ucap Emon.
Enday yang kini menjadi buronan polisi sudah cukup dewasa ketika Emon duduk di bangku SMP saat itu. Emon bercerita bahwa sebelum terjadi kekerasan seksual kepadanya, dia diajak pelaku ke sebuah tempat, kemudian diberi uang Rp 50 ribu.
Emon terpaksa mengikuti keinginan Enday karena takut dihajar. Enday digambarkan berperawakan lebih tinggi besar dibandingkan dirinya.
"Tiba-tiba dia memberi uang Rp 50 ribu, saya menuruti keinginannya, karena takut dihajar," ujarnya.
Sejak kejadian itulah, lanjut Emon, hasrat untuk melakukan tindak kekerasan seksual terhadap anak-anak timbul dalam dirinya. Emon mengaku lupa kapan kali pertama melakukannya kepada seorang anak. Namun, dia ingat nama anak yang pertama kali disodomi oleh dirinya.
"Saya lupa (kapan waktu pertama kali) tapi tempatnya di pemandian air panas itu (pemandian air panas Lio Santa)," katanya.
Dalam buku catatan Si Emon yang sudah diamankan pihak kepolisian, ada 120 nama anak yang dicatat Emon. Nama-nama anak yang tercatat hampir 70 persen sama dengan korban yang sudah melapor ke kepolisian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.