Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam Tiga Hari, Warga Lereng Merapi Dengar Suara Gemuruh

Kompas.com - 29/04/2014, 15:24 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis


YOGYAKARTA,KOMPAS.com — Selama tiga hari terakhir, warga lereng Merapi mendengar suara seperti dentuman dan gemuruh dari gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta itu.

"Sudah tiga hari ini warga mendengar suara bleer dari Merapi," kata Kepala Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Heri Suprapto, saat dihubungi, Selasa (29/4/2014) siang.

Suprapto mengungkapkan, suara itu didengar warga sejak 27 April 2014 malam sekitar pukul 23.00 WIB dan 24.00 WIB. Suara itu kembali didengar pada tanggal 28 April 2014 sekitar pukul 22.00 WIB dan pukul 23.00 WIB. Sementara itu, pada 29 April 2014 suara terdengar pada pukul 07.00 WIB.

"Ada gemuruh juga, tapi tidak tahu itu dari dalam Merapi atau dari mana," ucapnya.

Meski selama tiga hari terdengar suara-suara tersebut dari Gunung Merapi, aktivitas warga tetap berlangsung normal. Pasalnya, menurut Suprapto, tidak ada tanda-tanda yang membahayakan.

"Ya hanya suara, pas dilihat tidak ada kepulan asap yang berlebihan atau guguran. Jadi, warga ya tetap santai dan tidak khawatir," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Subandriyo menyatakan, suara dentuman dan gemuruh yang dirasakan warga lereng Merapi diakibatkan aktivitas tekanan turbulensi gas vulkanik di dalam Gunung Merapi yang membawa material berupa bebatuan.

"Kami menyimpulkan, suara gemuruh itu akibat dari adanya proses turbulensi gas vulkanik di dalam Merapi," tutur Subandriyo saat dihubungi, Selasa.

Bandriyo mengungkapkan, saat ini Gunung Merapi didominasi kandungan gas CO2. Kuatnya turbulensi gas yang ada di dalam membawa material bebatuan. Proses itu akhirnya menimbulkan suara gemuruh yang didengar oleh warga di lereng Merapi.

Aktivitas turbulensi gas yang membawa material tersebut, lanjutnya, terjadi di diafragma. Posisinya ialah di bawah kubah Merapi dan kantong magma.

"Jarak antara kubah dengan kantong magma kurang lebih tiga kilometer," ujarnya.

Menurut Subandriyo, aktivitas Merapi berupa turbulensi gas ini belum mengarah ke erupsi magmatis sebab di data seismik kegempaan tercatat "low frequency".

"Jika yang bergerak magma, yang banyak terjadi kegempaan high frequency. Tapi, ini yang banyak low frequency," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com