Eriko khawatir jika tak ada tindakan serius, kasus ini akan menimbulkan rasa tak aman sehingga masyarakat menjadi enggan mengikuti pemilihan umum.
"Harus diselidiki, dan ungkap siapa yang memicunya," kata Eriko, di Jakarta, Sabtu malam.
Ia menuturkan, hal-hal seperti ini sebenarnya telah diwaspadai oleh PDI-P. Salah satu wujudnya dengan melibatkan Satuan Petugas PDI-P untuk mengamankan jalannya masa kampanye, masa tenang, hingga pada saat pencoblosan nanti.
Namun begitu, kata Eriko, perlu ada langkah pencegahan yang lebih serius. Ia berencana meminta keseriusan Polri melalui Komisi III dan Komisi I DPR agar kasus serupa tak terulang.
"Kita juga meminta aparat netral, karena implikasi terburuknya masyarakat akan males pergi ke TPS dan angka golput akan semakin tinggi," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, terjadi aksi tawuran antara massa PDI-P dan puluhan orang yang mengenakan jaket hitam di Perempatan Ngabean, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta, Sabtu sore.
Chang Wendryanto, Anggota Komisi A DPRD Kota Yogyakarta, mengatakan, peristiwa tawuran dipicu adanya kabar perusakan alat peraga kampanye milik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di daerah Ngabean, Kecamatan Ngampilan Kota, Yogyakarta.
Kabarnya, perusakan itu dilakukan oleh orang berkaos merah yang diduga dari simpatisan PDI-P.
"Ada isu perusakan, lalu ketika ada masa PDI-P yang pulang dari kampanye lewat di Selatan perempatan Ngabean langsung diserang oleh beberapa orang berjaket hitam," kata Chang saat ditemui di lokasi, Sabtu.
Ia menuturkan, peristiwa tawuran yang pertama tidak berlangsung lama, namun setelah tersiar kabar adanya korban meninggal dunia dari salah satu simpatisan PDI-P, tawuran kembali pecah di perempatan Ngabean. Setelah dicek, kabar mengenai korban tewas itu ternyata tidak benar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.