Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Si Napoleon" dari Wakatobi

Kompas.com - 01/04/2014, 14:07 WIB
Didit Putra Erlangga Rahardjo

Penulis

FLORES TIMUR, KOMPAS.com - FRS Menami adalah nama kapal motor yang dipergunakan organisasi lingkungan, World Wide Funds for Nature (WWF) untuk membawa tim peneliti berkeliling Pulau Alor, Solor, Pantar, Adonara, dan Flores memantau kondisi terumbu karang.

Terdengar unik, Menami sebetulnya merupakan sebutan bagi ikan napoleon dalam bahasa Wakatobi.

Keputusan untuk menyebut kapal ini dengan nama ikan napoleon (Cheilinus undulatus) dalam bahasa Wakatobi semata-mata dikarenakan kapal ini pada hari biasa beroperasi di perairan Wakatobi.

Membawa peneliti dari WWF yang berkantor di Wakatobi, kapal sepanjang 22 meter dengan lebar enam meter ini, sudah beroperasi sejak tahun 2004. "Awalnya kapal ini digunakan untuk mengangkut barang sebelum dibeli WWF," ujar Muhamad Saleh (58), nakhoda kapal.

Saleh sudah menjadi nakhoda kapal sejak tahun 2005 bersama 16 kru kapal seperti mualim, masinis, juru mudi hingga koki. Kapal dengan bobot mati 63 ton ini menjadi markas berjalan bagi kegiatan organisasi lingkungan tersebut.

Tentu Menami memiliki desain yang berbeda dengan kapal pengangkut biasa. Interiornya dirombak sehingga penumpang tidak hanya diangkut dari satu titik ke titik lain, tapi juga tetap bisa beraktivitas.

Dimulai dari tempat tidur, Menami memiliki empat buah kasur bertingkat yang bisa menampung 16 orang bila satu kasur diisi dua orang di atas dan dua orang di bawah. Letaknya ada di bawah geladak, bisa dijangkau dari ruang makan yang terletak di tengah kapal lengkap dengan lemari pendingin.

Di bagian belakang, terdapat dapur untuk mempersiapkan logistik para penumpang dan bersebelahan dengan dua kamar mandi dengan toilet duduk. Kapal ini memiliki penampung air tawar berkapasitas 13 ton dipakai untuk keperluan sehari-hari.

Di atas ruang makan, terdapat ruang kemudi tempat nakhoda mengemudikan kapal. Di belakangnya, terdapat ruang serbaguna, berupa meja dan papan tulis untuk rapat maupun membuat laporan. Listrik mengalir selama 24 jam.

Mengingat kapal ini banyak dipakai untuk mengangkut penyelam, Menami juga memiliki kompresor untuk mengisi tabung oksigen. Khusus dalam ekspedisi ini, satu unit kompresor ditambahkan dari kantor cabang lainnya.

Kapal berbahan bakar solar ini mampu menampung empat ton. Untuk perjalanan dari Wakatobi ke Kalabahi, Kabupaten Alor, terkait ekspedisi ini, Menami menghabiskan bahan bakar hingga dua ton.

Untuk navigasi kapal, Saleh mengandalkan peralatan seperti radar, GPS dan sonder. Dia harus mengemudikan bergantian dengan mualim setiap 2,5 jam hingga 3 jam, demi menghindari kelelahan.

"Dalam perjalanan pulang dari Larantuka ke Wakatobi, kemungkinan butuh waktu dua hari satu malam," kata Saleh.

Menami hanya sempat meninggalkan Wakatobi dua kali yakni pemantauan di Alor pada tahun 2012 dan ekspedisi pemantauan terumbu karang kali ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com