KH Fathurrosi, pengasuh Pondok Pesantren An-Nur 1, Bululawang, Kabupaten Malang, yang juga menjabat Wakil Ketua Asosiasi Pesantren NU Indonesia di bawah naungan Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) menilai penggunaan kalimat tersebut tidak etis.
"Apa yang dilakukan Pieter itu jelas tidak etis. Karena, menurut syariah Islam, kalimat "Bismillah" itu adalah bagian dari ayat Al Quran yang harus dimuliakan oleh semua umat Islam," kata kiai yang akrab dipanggil Gus Fahrur itu, Selasa (25/3/2014).
Apalagi, lanjutnya, kalimat "bismillah" digunakan sebagai alat untuk peraga kampanye atau untuk kepentingan politik tertentu. Kalimat ini digunakan oleh orang non-Muslim pula.
"Hal itu jelas pembohongan publik. Seharusnya Pieter cukup dewasa dan percaya diri menampilkan kinerja dan kecakapan dirinya dengan cara yang santun dan gentleman. Tidak harus menggunakan ayat-ayat Al Quran," katanya.
"Karena telah melecehkan ayat Allah. Apalagi seorang non-Muslim yang menggunakan 'bismillah' untuk kepentingan lainnya yang menyimpang dari syariat Islam," tambahnya kemudian.
Oleh karena itu, Gus Fahrur menilai wajar jika umat Islam di Malang "marah" dan mengecam cara berkampanye Pieter itu.
"Karena ayat-ayat Al Quran digunakan untuk kepentingan kampanye. Dengan demikian, umat Islam di Malang akan mengira bahwa Pieter adalah Muslim. Padahal tidak demikian," katanya.
Kecaman terhadap Pieter muncul setelah ribuan warga dan pemuda yang tergabung dalam Kaukus Pemuda Malang Raya (KPMR) menggelar demo ke kantor KPU Kabupaten Malang, Selasa (25/3/2014). Mereka menuntut agar Pieter dicoret dari caleg Partai Demokrat dan dicopot dari jabatan Ketua Komisi III DPR RI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.