Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Perang" Panah Marak di Manado, Warga Resah

Kompas.com - 26/02/2014, 16:40 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis


MANADO, KOMPAS.com - Maraknya kasus kekerasan dengan menggunakan panah wayer, membuat warga Manado resah.

"Bagaimana lagi ini, sekarang kalau jalan di Manado sudah tidak aman, apalagi malam hari," keluh Sarpi, warga Sindulang, Rabu (26/2/2014).

Dalam beberapa bulan terakhir, hampir setiap hari warga Manado kerap menjadi korban panah wayer yang dilesatkan orang lain. Tak jarang, yang menjadi korban justru warga yang tak bersalah.

Kasus terakhir melibatkan dua kelompok warga di Kelurahan Mahakeret, Wenang. Beberapa warga terluka akibat tawuran dengan menggunakan panah wayer.

"Satu orang sudah ditahan, sementara lainnya diperiksa," ujar Kasat Reskrim Polresta Manado, AKP Dewa Made Palguna.

Pekan lalu, polisi bahkan membekuk seorang pelajar SMP yang tertangkap tangan membawa panah wayer. Tak sedikit pula, korban panah wayer meninggal dunia.

Kapolresta Manado, Kombes Sunarto ketika ditanyai soal meningkatnya kasus kekerasan dengan panah wayer, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan upaya untuk mencegah hal tersebut.

"Kan sudah dilakukan patroli setiap malam. Tujuannya agar kasus seperti itu bisa ditekan," ujar Sunarto.

Sementara itu, Sosiolog Sulut, Dirno Kaghoo menjelaskan bahwa polisi tidak bisa bekerja sendiri menangani kejahatan dan kekerasan yang terjadi di Sulawesi Utara, khususnya Manado saat ini.

"Harus melibatkan berbagai pihak, terutama tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemerintah," kata Kaghoo.

Dia juga menjelaskan bahwa apa yang terjadi saat ini bisa jadi merupakan ekspresi kelompok masyarakat yang ingin menentang struktur kemapanan yang ada.

"Kejahatan itu bisa dibedakan antara kejahatan yang dilakukan secara individu atau yang dilakukan oleh kelompok. Jika itu dilakukan oleh kelompok, maka hal itu bisa dilihat sebagai upaya menentang struktur sosial yang ada," jelas Kaghoo.

Menurut dia, motivasi menentang struktur sosial kemapanan tersebut bisa disebabkan karena mereka tidak memperoleh akses terhadap ekonomi, pendidikan dan aspek lainnya.

"Di situlah dibutuhkan peran pihak lain selain kepolisian dalam menyelesaikan kasus-kasus seperti ini," kata Kaghoo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com