Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Teguh Tri Susanto, dikonfirmasi membenarkan turunnya hujan es tersebut. Berdasarkan pantauan radarnya, intensitas hujan di Surabaya dan sekitarnya memang sangat lebat.
"Tapi hujan es ini tidak merata, di kawasan tertentu saja," katanya.
Saat ini, kata Teguh, adalah waktu puncak musim penghujan. Baru pada Maret-April nanti, intensitas hujan akan berkurang. "Warga diminta tidak panik karena hujan es hanya bersifat sementara," tambahnya.
Secara teoritis, hujan es ini diawali dengan terbentuknya awan cumulus nimbus. Ini merupakan awan tebal yang terbentuk menjelang hujan. Dalam awan ini biasanya terbentuk turbulen yang menimbulkan embusan udara dari atas ke bawah.
Awan cumulus nimbus ini bisa menjulang hingga ketinggian 12 km. Pada ketinggian tersebut, suhu di puncak awan mencapai -40 derajat celsius hingga -60 derajat. Saat terjadi embusan udara, maka turunlah kristal-kristal es. Jika ketinggian awan ini hanya 5 km, maka suhunya mencapai 0 derajat celsius.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.