"Sejauh ini sudah ada 18 korban yang meninggal, 27 dirawat inap serius, 706 jiwa lainnya dirawat jalan," ujar Sarundajang.
Banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang Sulut pada Rabu (15/1) lalu membuat kerugian yang sangat besar. "Hitungan sementara kerugian sebesar Rp 1,871 triliun. Banjir juga merusak rumah warga, kendaraan, fasilitas publik, jaringan air bersih, listrik dan saluran komunikasi," tambah Sarundajang.
Disamping itu, sektor peternakan dan pertanian ikut berdampak. Gedung pemerintah dan kawasan bisnis juga tidak luput dari terjangan banjir. Hal itu membuat kelumpuhan sektor ekonomi pascabencana.
Sarundajang menjelaskan, penyebab utama banjir dan tanah longsor karena hujan deras yang terus menerus turun, sehingga Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano dan DAS Sawangan tidak mampu menampung debit air. Air kemudian meluap membanjiri Kota Manado.
"Ada tujuh sungai yang mengalir ke Manado. Sewaktu bencana semuanya meluap, sehingga banjir besar terjadi," kata Sarundajang.
Dia juga memaparkan upaya penanganan darurat yang telah dilakukan antara lain mengkatifkan posko-posko bantuan, dapur umum, pencarian dan evakuasi korban. "Pemerintah provinsi juga telah menetapkan status darurat bencana selama 14 hari," kata Sarundajang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.