"300 anak tersebut sudah ketagihan mengisap lem sehingga berpengaruh pada kerusakan syaraf otak mereka, dan ini sangat menganggu perkembangan kecerdasan dan kesehatan," kata Ketua BNN Provinsi Bengkulu, Kombes Djoko Marjatno, Jumat (3/1/2014).
BNN dalam waktu dekat akan berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk menertibkan penjualan lem yang sering digunakan para remaja tersebut untuk mabuk.
Sementara itu, Kapolda Bengkulu Tatang Somantri dalam keterangannya menyebutkan, pihaknya juga akan menertibkan penjual lem.
Ani Surani, salah seorang pedagang warga Kota Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara, membenarkan tingginya pembeli lem dengan bau menyengat tersebut oleh anak-anak.
"Saya awalnya tidak tahu, namun lama-lama saya baru tahu jika lem yang saya jual mereka gunakan untuk dihirup agar mabuk. Makanya sekarang saya tidak jualkan lem itu untuk anak-anak," jelas Ani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.