Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Banjir, Pasangan Pengantin Ini Naik Perahu Karet

Kompas.com - 25/12/2013, 20:14 WIB

BLITAR, KOMPAS.com -
Banjir yang terjadi selama sepekan di Dusun Gondanglegi, Kelurahan/Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, tak menyurutkan semangat kedua mempelai ini untuk menyelenggarakan acara akad nikahnya.

Dengan acara sederhana, karena rumahnya kebanjiran, Diah Retno Astrini (23), warga Dusun setempat, dengan calon suaminya, Falthur Rahman (23), warga Desa Jerbong Lor, Kecamatan Kedopok, Probolinggo, melaksanakan acara akad nikah, Selasa (24/12/2013) siang.

Meski dikemas sederhana namun tak mengurangi kehidmatan acara tersebut. Semua keluarga dan para tetangganya datang, ikut menyaksikannya. Acara akad nikah itu dilaksanakan di teras rumah Astrini karena rumahnya masih basah akibat bekas banjir yang sempat masuk ke dalam rumahnya.

"Hari ini (kemarin) baru acara akad nikahnya. Nanti, sehabis banjir ini surut, kami baru akan menggelar acara resepsinya," ujar Astrini.

Acara akad nikah itu tak bisa ditunda karena sudah diagendakan sebulan lalu. Itu sudah disesuaikan dengan hitungan hari yang baik. Namun kalau soal resepsi, bisa dilakukan kapan saja sambil menunggu banjir surut.

Untuk menunjang kelancaran kegiatan tersebut, kedua mempelai itu memanfaatkan perahu karet milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Blitar, yang disiagakan di dusun tersebut. Sebab, jalan raya masih tergenang air selutut.

Makanya itu, seperti saat pulang dari tempat riasnya, kedua mempelai itu dinaikkan perahu karet. Praktis, pemandangan itu jadi tontonan warga. Di sepanjang jalan yang dilalui, mereka yang berada di atas perahu karet itu selalu melambaikan tangannya, untuk membalas sapaan warga.

"Senang mas meski tadi dilihat banyak orang. Sebab, jarang ada pengantin yang dinaikkan perahu karet. Kebetulan saja, saat ini lagi banjir sehingga terkesan kami seperti diarak perahu karet," ungkap Astrini senang.

Perlu diketahui, banjir di Dusun Gondanglegi itu sudah berlangsung sejak Rabu (18/12/2013) lalu. Itu terjadi selang dua hari sebelum tanggul sungai Bok Ngunut, yang ada di dusun tersebut, jebol pada Jumat (20/12/2013) kemarin.

Jebolnya tanggul selebar 15 meter itu membuat 2.500 rumah di tiga desa, terendam air. Yakni, Desa Bacem, Kelurahan Kalipang, dan Kelurahan Sutojayan, ketiganya Kecamatan Sutojayan.

Namun, dari tiga desa itu, yang parah ada di Dusun Gondanglegi. Sebab, desa lain airnya sudah surut, namun di dusun itu masih setinggi lutut.

Padahal, tanggulnya sudah diperbaiki oleh anggota Kodim 0808 Blitar bersama warga setempat, Senin (23/12) kemarin. Untuk sementara tanggul yang jebol itu diberi penahan dari batu yang dimasukkan saks dan ditumpuk.

Samsudin, Ketua RT 01 RW 06 Dusun Gondanglegi menuturkan, sampai Rabu siang ini air belum surut karena ketinggiannya masih sekitar 80 cm atau di atas lutut.

Itu terjadi baik di jalan desa maupun di dalam rumah. Untuk itu, warga hanya bertahan dalam rumahnya masing-masing karena enggan mengungsi ke balai desa atau kantor kecamatan.

"Meski tanggulnya sudah diperbaiki namun air sungai masih tetap meluap dan meluber ke kampung karena hujan tak henti-henti. Ditambah lagi, kondisi dusun kami berada di lereng pegunungan Dogong, yang hutannya sudah gundul," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com