Sebanyak 40 persen dari total anggaran itu ditanggung pemerintah, dalam hal ini APBD Kota Surabaya dan APBN. Sisanya, ditanggung oleh pihak investor secara mandiri maupun konsorsium.
Untuk penganggaran MRT tersebut, Pemkot Surabaya intensif melakukan supervisi dengan sejumlah pihak, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan PT Penjamin Infrastruktur Indonesia (PII) untuk konsep skema investasinya.
"Untuk masalah penganggaran, kami sangat berhati-hati agar tidak terjebak dalam praktik penyimpangan," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Rabu (18/12/2013).
Proyek Mass Rapid Transit (MRT) tersebut, kata Risma, diharapkan dapat memecah kemacetan di Surabaya yang kian hari, intensitasnya kian meningkat dan tidak efisien.
"MRT diharapkan membalik komposisi mobil pribadi yang beroperasi saat ini mencapai 70 persen, menjadi 30. Sementara angkutan massal dari 30 persen menjadi 70 persen," terangnya.
Konsep MRT, saat ini tengah ditawarkan kepada sekitar 60 investor dalam dan luar negeri. Selama dua hari di Surabaya sejak Selasa (17/12/201) kemarin, para investor selain memperoleh penjelasan mengenai konsep MRT, juga diajak meninjau langsung lokasi tempat trem dan monorail akan dibangun.
Setelah itu, proses berlanjut pada prakualifikasi lelang, lelang, dan beauty contest. Dalam proses beauty contest, para investor menawarkan konsep terbaik proyek MRT yang akan dilakukan, termasuk berapa harga yang paling ideal dan murah bagi warga Surabaya.
Risma berharap, MRT berbentuk monorel dan trem itu akan efektif beroperasi pada akhir tahun masa jabatannya yakni 2015 mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.