Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Penyandang Cacat Jadi Relawan Demokrasi

Kompas.com - 31/10/2013, 09:04 WIB
Kontributor Jember, Ahmad Winarno

Penulis

JEMBER, KOMPAS.com — Fisik yang tidak sempurna bukan halangan bagi lima orang dari komunitas difabel (penyandang cacat) di Jember, Jawa Timur, untuk menjadi bagian dari masyarakat yang menyukseskan Pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pilleg) 2014.

Mereka melibatkan diri sebagai "Relawan Demokrasi", yang dibentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jember. Mereka akan bertugas melakukan sosialisasi pelaksanaan Pilleg terhadap komunitasnya.

Mohammad Efendi, salah satu difabel yang mendaftar sebagai relawan demokrasi, mengaku terpanggil untuk melakukan tugas sosialisasi tersebut. "Saya miris ketika melihat masyarakat sudah tidak peduli lagi dengan pemilu sehingga mereka memilih sebagai pemilih golongan putih (golput)," katanya, saat ditemui seusai mendaftar ke Kantor KPU Jember, Rabu kemarin.

Padahal, menurut dia, tujuan pelaksanaan pemilu adalah memilih pemimpin serta wakil rakyat yang akan memperjuangkan aspirasi di gedung parlemen. "Kalau masyarakat sudah apatis, mau jadi apa negara kita?" ujarnya.

Efendi juga mengaku prihatin dengan pragmatisme yang terjadi di tengah masyarakat. Pilihan politik tidak lagi didasarkan atas pilihan hati, tetapi karena pemberian sesuatu dari tim sukses atau para politisi.

"Kalau ini yang terjadi, tentu akan terjadi politik transaksional. Politisi yang terpilih bukan lagi memperjuangkan aspirasi masyarakat, melainkan akan memperjuangkan kepentingan pribadinya, yang bermuara pada sikap korup," ungkap sarjana Teknik lulusan Universitas Islam Malang ini.

Hal ini yang akan disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya komunitas difabel di Jember. "Kalau di Jember, ada puluhan komunitas difabel yang anggotanya mencapai ribuan. Saya dengan tim saya akan fokus melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada mereka, betapa pentingnya pemilu bagi masa depan bangsa," imbuh Efendi.

Relawan lainnya, Rahman Hadi, mengatakan, selama ini ada ketimpangan dalam pelaksanaan pemilu, terutama bagi penyandang tunanetra. Salah satunya, tidak adanya alat khusus yang membantu penyandang tunanetra untuk menyalurkan hak pilihnya.

"Pengalaman saya, pasti kita akan dibantu oleh petugas KPPS saat akan menyalurkan hak pilih. Tentu ini sudah melanggaran asas pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia," kata Rahman.

Pilihan dari kaum tunanetra sudah bukan rahasia lagi karena sudah diketahui oleh orang lain. Padahal, pilihan dalam politik semestinya cukup menjadi rahasia pribadi seorang pemilih. "Iya kalau yang akan kita pilih benar-benar diarahkan kepada yang kita mau. Kalau tidak? Bagaimana kemudian?" kata Rahman.

Alasan itulah yang mendasarinya terpanggil menjadi salah satu bagian dari Relawan Demokrasi yang dibentuk KPU Jember. "Saya akan berusaha semaksimal mungkin, untuk melakukan sosialisasi kepada komunitas saya terutama, agar menyalurkan hak pilih; serta mendorong penyelenggara untuk menyediakan alat khusus bagi penyandang cacat," imbuhnya.

Komisioner KPU Kabupaten Jember, Gogot Cahyo Baskoro, mengatakan, hasil evaluasi KPU Jember dari pelaksanaan pemilu ke pemilu menunjukkan, tingkat partisipasi masyarakat selalu turun. Itu artinya jumlah pemilih golput semakin meningkat.

"Inilah yang mendorong kami untuk membentuk Relawan Demokrasi, agar bisa membantu menyosialisasikan pelaksanaan pemilu. Relawan ini akan diambil dari 5 elemen masyarakat, di antaranya elemen perempuan, pemilih pemula, masyarakat pinggiran, tokoh agama, serta komunitas difabel. Dari masing- masing komunitas akan diambil 5 orang, jadi jumlahnya sebanyak 25 orang," ujar dia, Kamis (31/10/2013).

Gogot berharap, dengan upaya tersebut, pelaksanaan pemilu di Jember semakin berkualitas. Yang terpenting, masyarakat tidak lagi apatis terhadap pelaksanaan pemilu sehingga berbondong-bondong menyalurkan hak pilihnya ke TPS-TPS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com