SURABAYA, KOMPAS.com - Industri periklanan disebut terancam dengan gencarnya aktivitas media sosial. Karena itu, pelaku usaha periklanan diminta terus memacu kreatifitas untuk mengungguli penetrasi media sosial di dunia periklanan.
Sekretaris Pengurus Pusat Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Adnan Iskandar, mengatakan, saat ini konsumen selalu mencari rekomendasi produk dari media sosial sebelum membeli.
"Jika di media sosial produk itu bagus maka dia beli, namun jika banyak komentar miring, tidak jadi membeli," kata Adnan di Surabaya, Minggu (26/2/2017).
Jika perilaku itu tidak diimbangi dengan kreativitas pelaku usaha periklanan, dia memprediksi belanja iklan akan beralih ke media sosial.
"Ini ancaman bagi industri periklanan," jelasnya.
Kata dia, belanja iklan tidak pernah mengalami penurunan dan selalu naik. Di tahun 2016 misalnya, belanja iklan secara nasional mencapai Rp 154 triliun, naik 14 hingga 17% dibanding tahun sebelumnya.
Sementara di tahun ini diperkirakan akan naik sekitar 10% hingga 11%.
Di Jawa Timur, menurut Ketua P3I Jawa Timur, Haries Purwoko, media sosial sudah menggerus 3% dari total kue periklanan yang ada dan mengalami kenaikan sekitar 1,5% per tahun.
Akibatnya, dari total anggota P3I Jatim yang sebelumnya mencapai 85 perusahaan, pada tahun 2016 kemarin yang aktif tidak mencapai 40 perusahaan. "Sisanya mengalami mati suri," jelasnya.