Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trinity Ingin Menjadi Penjinak Bom

Kompas.com - 16/11/2016, 10:01 WIB

SAMARINDA, KOMPAS.com - Ada hal menarik ketika Trinity dikunjungi Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Arist Merdeka Sirait di ruang PI-CU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, Selasa (15/11/2016).

Kepada Arist, Trinity mengaku bercita-cita ingin menjadi penjinak bom nantinya.

"Saat saya kunjungi, dia (Trinity) sempat bilang ingin membeli petasan, kemudian menjinakkannya, serta menjadi penjinak bom. Jadi, memorinya sudah jalan untuk hal ini. Luar biasa, ketika seorang anak masih mengingat jelas, dan membuktikan bahwa ia anti akan bom," ujar Aris Merdeka Sirait didampingi Sumadi, perwakilan PKBI Kaltim.

"Iya, Trinity sampai teriak akan hal itu, bilang bahwa ia ingin menjadi penjinak bom," kata Sumadi menegaskan.

Untuk hal tersebut, Aris mengaku perlu ada langkah lanjutan usai Trinity nantinya dinyatakan sembuh pasca-kejadian pengeboman tersebut.

"Ini diperlukan adanya terapi psyco social yang dilakukan. Tetapi, memang untuk sementara, fokus dahulu pada pengobatana medis," katanya.

Dari keluarga Trinity, mengungkakan bahwa ini harus menjadi korban terakhir bagi Kaltim dan Indonesia, yakni adanya anak kecil menjadi korban pengeboman.

Baca: Keluarga Trinity Memaafkan Pelaku Pengeboman di Samarinda

"Mereka minta didoakan agar cepat sembuh. Selain itu berharap mereka saja yang menjadi korban terakhir pengeboman. Jangan ada lagi korban jatuh akibat hal sama," katanya.

Sementara itu, untuk pelaku pengeboman, Aris mengutuk tegas aksi kejahatan kemanusiaan yang terjadi tersebut.

"Ini jelas kejahatan kemanusiaan. Anak-anak sedang beribadah, tetapi mengalami kejahatan seperti ini. Peristiwa ini tak boleh terjadi kembali di Indonesia, apalagi di Samarinda," katanya.

Komnas juga mengutuk, karena pelaku menghilangkan hak hidup secara paksa akan satu anak yang sudah lebih dahulu meninggalkan keluarganya, yakni Intan.

Senada dengan Aris, Andi Busman dari Aktivis Perlindungan Anak Kaltim, juga menyampaikan hal serupa.

"Siapa yang tidak merasa kelu hatinya setelah melihat justru anak-anaklah yang menjadi korban atas aksi terorisme ini. Mereka tidak tahu apa-apa.

Meskipun sudah berlalu, tak ada yang bisa menghilangkan ingatan kelam mereka nantinya karena pernah menjadi korban pengeboman.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com