Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terduga Korban "Anthrax" di Gorontalo Sebelumnya Disebut Makan Daging Kerbau yang Sudah Tewas

Kompas.com - 24/04/2016, 15:29 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com — Sejumlah orang di Gorontalo diduga menderita penyakit anthrax (antraks) setelah memakan daging kerbau yang sebelumnya telah mati dan menjadi bangkai.

Menurut Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Gorontalo, Haris Tome, mereka yang diketahui sedang memotong bangkai kerbau di Danau Limboto itu sudah diperingatkan akan bahaya penyakit antraks. Namun, peringatan itu tidak dipedulikan.

Akibatnya, mereka terjangkit penyakit yang diduga juga menewaskan kerbau itu.

"Kami sudah mengingatkan saat menemukan warga memotong bangkai kerbau yang telah mati di Danau Limboto. Ada dugaan, matinya kerbau ini akibat penyakit antraks," kata Haris Tome, Minggu (24/4/2016).

Pemotongan bangkai kerbau oleh masyarakat dipergoki oleh tim dari Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. Petugas ini bahkan akan memusnahkan bangkai kerbau dengan cara dibakar dan kemudian dikubur.

Namun, ada warga yang mempertahankan bangkai ini dan memotong dagingnya, bahkan kemudian dibagikan ke tetangga.

"Pengidap antraks yang fotonya beredar di media sosial merupakan orang yang mengonsumsi daging kerbau yang secara klinis menunjukkan antraks," ujar Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kabupaten Gorontalo Vivi Tayeb.

"Waktu itu, kami bersama dokter hewan, tim Dinas Kesehatan, dan aparat desa serta puskesmas saat itu berada di lokasi. Kami telah melarang warga untuk tidak mengonsumsi, tetapi mereka tidak mengindahkan," kata Vivi.

Seperti dikutip dari Antara, Jumat (22/4/2016), korban terduga penyakit antraks kini berjumlah empat orang.

Mereka diduga menderita penyakit yang bersumber dari penularan bakteri Bacillus anthracis itu. Bakteri tersebut pula yang menyebabkan sejumlah kerbau tewas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com