Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Cantik Lahir di Pengungsian Warga Eks Gafatar

Kompas.com - 19/02/2016, 08:18 WIB
TANJUNG SELOR, KOMPAS.com - Di tempat pengungsian, Chatira (25) merasa bahagia karena anak ketiganya lahir dengan selamat dan normal sekitar seminggu yang lalu.

Perempuan mantan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) ini mendapatkan rasa nyaman di gedung Balai Diklat Kabupaten Bulungan Jalan Agatis.

Saat ditemui Tribun, Minggu (14/2), Chatira mengungkapkan, bayi perempuan yang diberi nama Popon Zelina itu lahir dengan panjang tubuh 51 cm dan berat badan 3,2 kg.

"Keluarnya jam sembilan malam lewat delapan menit. Diantar pakai ambulans dari pemerintah daerah. Awalnya sakit tetapi setelah lahir, rasanya senang bisa dapat anak yang sehat," tuturnya.

Chatira mengungkapkan, proses persalinan, dirinya mendapat pelayanan yang memuaskan.

"Dari beribadah hingga biaya persalinan semuanya ditanggung. Saya senang semuanya ditanggung sama pemerintah daerah. Tidak sampai keluarkan biaya sepeser pun," ujarnya.

Di tempat tinggalnya yang kini berada di lokasi pengungsian, Chatira bersama bayinya, tidur di sebuah ruangan besar bersama pengungsi yang lainnya. Tidur di lantai keramik beralaskan kasur busa.

"Tidur di sini saja. Sampai sekarang masih sehat-sehat saja," kata Chatira.

Nama Popon, lanjutnya, diberikan oleh suaminya, Hartono, karena berarti perempuan cantik. Kata ini diambil dari bahasa Sunda Jawa Barat. Dia berharap anaknya tumbuh sebagai anak yang cantik, baik fisik maupun tingkah lakunya.

"Saya sangat bersyukur pada Allah. Anak saya terlahir dengan normal, sehat. Saya ingin anak saya bisa menjadi orang yang nasibnya lebih baik dari orangtuanya. Saya tidak akan memaksakan mau jadi apa, itu nanti saya bebaskan ke anak saya," tutur Hartono.

Nama Zelina diusulkan oleh anak keduanya. Saat bayi masih dalam kandungan, anak itu berceloteh sambil memegang perut ibunya.

"Adeknya kasih nama Zelina saja ya Mak," kata Hartono mengulangi perkataan anaknya.

Pasrah

Dia kini sudah pasrah, mengikuti petunjuk dari pemerintah kabupaten. Apabila nanti kebijakannya dipulangkan, dia dan keluarganya siap saja. Sebab sebelum merantau di Tanjung Selor, Hartono bekerja sebagai buruh supir di sebuah perusahaan swasta di Jakarta.

"Saya merantau tadinya ingin mengubah nasib. Saya sudah bosan menjadi sopir sudah tujuh tahun. Nanti kalau disuruh pulang lagi ke Jawa Barat, saya masih mau mencari-cari pekerjaan lain," ujar pria berumur 48 tahun ini. (Budi Susilo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com