Menurut dia, pemberitaan yang merebak di media tak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
"Tidak ada acara spiritual keagamaan. Di media dengan kenyataan tidak benar, kenyataannya kami di sana usaha untuk mengubah nasib, tidak ada soal agama, di sana murni soal usaha," kata Fauzan.
Fauzan mengatakan hal itu saat ditemui di pengungsian Dinas Sosial Jawa Barat, Jalan Amir Mahmud, Kota Cimahi, Kamis (28/1/2016).
Dia menceritakan, dua bulan lalu, Yuda bersama keluarganya meninggalkan kampung halamannya menuju Desa Tanjung Gundul, Kecamatan Sungai Raya, Kalimantan Barat.
Di tempat tersebut, dia membuka lahan untuk bercocok tanam dan berjualan siomay dengan modal Rp 90 juta.
Fauzan mengatakan, dia terpaksa pindah lantaran kesulitan mencari pekerjaan.
Dia menambahkan, proses kepindahannya ke Kalimantan pun legal dengan izin dari pemerintah setempat.
"Kami bertani, kami ingin mandiri, kami tidak ingin merongrong kewibawaan negara. Gafatar mengharuskan kami memiliki sembilan nilai kebaikan. Kenapa kami disebut sesat," papar dia.
Dia berharap, Pemerintah bertanggungjawab terhadap harta benda para pengungsi yang ditinggalkan di sana.
Fauzan pun mengaku tak takut jika harus kembali pulang ke kampung halamannya. "Kenapa harus takut, kami bukan pembuat bom Sarinah, bukan anak buah Osama bin Laden. Motivasi kami hanya untuk usaha, kenapa kami disebut sesat," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.