Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sakit Misterius, Pria Sebatang Kara Hidup dari Belas Kasihan Warga

Kompas.com - 23/09/2015, 10:35 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Di sebuah dusun dekat Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tinggal seorang pemuda sebatang kara yang mengidap penyakit misterius. Pemuda bernama Ahmad Muqorrobin (32) itu terlihat sangat kurus, bermata cekung, dan berwajah pucat.

Sehari-hari, dia hanya dapat berbaring lemah di atas tempat tidur bambu rumahnya sembari menunggu belas kasih para tetangga. Ketika dikunjungi, Ahmad yang akrab disapa Robin itu masih bisa merespons meski sekadar tersenyum.

Robin juga masih dapat bercerita dengan cukup baik atas kondisi yang dialami sejak beberapa tahun terakhir meski harus pelan-pelan. "Ya begini keadaan saya, hanya bisa tiduran karena rasanya sakit dan nyeri kalau berdiri, apalagi berjalan," ucap Robin saat ditemui di kediaman sederhananya di Dusun Prembulan, RT 5, Desa Tegalarum, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Selasa (22/9/2015).

Sejauh ini, Robin mengaku tidak mengerti penyakit apa yang sebenarnya menggerogoti tubuhnya. Semula, dia hanya merasakan sakit pada selangkangannya, tetapi terus menyebar ke bagian punggung dan tulang belakang hingga menyebabkan ia tak bisa bergerak karena kesakitan.

"Untuk sekadar jongkok saja sakit. Tidur miring juga (sakit) seperti ditusuk-tusuk. Kadang terpaksa buang hajat di tempat tidur," kata Robin.

Akibat pergaulan bebas

Robin mengaku pernah memeriksakan diri ke dokter. Saat itu, dokter mengatakan bahwa ada semacam saraf terjepit dan kalsium di persendiannya yang mulai hilang. Robin menduga, penyakit ini tak lepas dari pergaulan bebas dan pola hidup yang kurang baik ketika dirinya masih remaja.

"Saya dulu suka minum minuman keras. Pokoknya kehidupan dan pergaulan saya dulu bebas. Mungkin penyakit yang saya derita ini buah dari masa lalu saya. Ini cobaan," kata Robin dengan tatapan kosong.

Selama kondisinya melemah, dia mendapat perawatan seadanya dari kerabat, tetangga, dan temannya yang sesekali menengoknya. Mereka sukarela menyuapi makan Robin, membersihkan rumah, atau sedakar menemaninya mengobrol.

"Sejujurnya saya sedih, malu, karena harus bergantung pada pertolongan orang. Tapi, saya hanya bisa pasrah, berdoa semoga diangkat penyakit saya ini," kata dia.

Hobi desain logo

Meski dalam kondisi tidak berdaya, Robin tetap terus memupuk semangat agar tetap bisa berkarya dalam bidang desain logo. Pemuda kelahiran 17 Oktober 1983 ini memang hobi menggambar sejak kecil. Dia pernah pernah menjuarai sebuah kontes logo dunia yang berhadiah ratusan dollar AS.

"Paling tidak setengah jam saya duduk dan berusaha menggambar desain untuk melatih hobi saya. Soalnya saya tetap punya cita-cita jadi desainer," kata Robin.

Sahil (74), paman Robin, menuturkan bahwa kedua orangtua Robin sudah lama meninggal dunia. Keluarga Sahil-lah yang selama ini merawat Robin yang tidak punya saudara kandung tanpa melihat masa lalunya yang kelam.

"Dulu dia memang punya kebiasan hidup tidak baik. Mungkin ini akibatnya. Tapi, kami berharap dia sembuh dan dapat menata kembali hidupnya. Kami sudah upayakan untuk mendaftarkan jaminan kesehatan melalui kelurahan," tutur Sahil. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com